WahanaNews.co | Kelompok peretas Anonymous mengaku bertanggung jawab atas gangguan jalannya situs web media Rusia pro-Kremlin sebagai protes atas invasi ke Ukraina.
Kelompok tersebut menargetkan situs web kantor berita negara TASS dan RIA Novosti, serta mengambil alih situs web surat kabar Kommersant dan Izvestiya, serta majalah Forbes Russia.
Baca Juga:
6 Juta Data NPWP Diduga Bocor, Termasuk Milik Jokowi dan Gibran di Daftar Utama!
Kelompok peretas Anonymous mengunggah pesan bagi Rusia untuk menghentikan perang dan tidak berpartisipasi sebagai pejuang.
"Dalam beberapa tahun kita akan hidup seperti di Korea Utara. Apa untungnya bagi kita? Bagi Putin untuk membuat buku sejarah? Ini bukan perang kita, mari kita akhiri!" demikian pesan dalam bahasa Rusia yang diunggah di situs web majalah Forbes Rusia.
"Pesan ini akan dihapus dan beberapa dari kami akan dipecat dan bahkan dipenjara. Tapi kami tidak tahan lagi dengan ini," kata penulis itu yang masuk sebagai "wartawan yang prihatin dengan Rusia".
Baca Juga:
Bangun Awareness Trend ‘Hacker’, Butterfly Consulting Indonesia Tawarkan Pelatihan Cyber Security
Serangan siber terbaru terjadi setelah peretasan saluran televisi RT (Russia Today) yang didanai negara pada Kamis (24/2/2022).
Di Twitter, Anonymous mengeklaim juga melanjutkan pembobolan situs web Kremlin, Kementerian Pertahanan Rusia, dan Majelis Rendah Parlemen Duma selama akhir pekan.
Situs-situs tersebut telah menghadapi serangan penolakan layanan secara terdistribusi (DDOS).
Sementara itu, kelompok pemantau web, NetBlocks, mengatakan dalam sebuah laporan pada Sabtu (26/2/2022), bahwa orang Rusia mengalami kelambatan dalam mengakses situs web operator telepon dan telepon seluler utama, Rostelecom, MTS, Beeline, dan Megafon.
Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov, sendiri mengatakan pada Sabtu bahwa negaranya membutuhkan rekrutmen TI.
"Kami menciptakan pasukan TI. Kami membutuhkan talenta digital. Semua tugas operasional akan diberikan di sini," tweet-nya. [gun]