Gejala yang mereka alami mencakup serangan panik, gemetar, menangis histeris, jantung berdebar kencang, dan kecemasan yang melumpuhkan.
Para pengamat menyatakan bahwa skala dan presisi operasi Iran kali ini telah menanamkan ketakutan mendalam pada pemukim ilegal Israel. Ini bukan sekadar serangan biasa, ini adalah trauma kolektif yang belum pernah dirasakan warga Zionis dalam tujuh dekade terakhir.
Baca Juga:
Iran Luncurkan Rudal ‘400 Detik ke Tel Aviv’, Dunia Gemetar Hadapi Fattah-1
Selama tiga hari berturut-turut, publik Israel hidup dalam bayang-bayang kepanikan.
Media Ibrani yang biasanya garang dengan retorika perang kini berubah total, menampilkan wajah-wajah ketakutan, puing-puing kehancuran, dan laporan rumah sakit yang kewalahan menerima korban.
Saluran televisi nasional Israel yang dahulu gencar menyuarakan seruan perang kini dipenuhi liputan memilukan tentang keluarga yang tercerai-berai, warga sipil yang kehilangan rumah, dan perdebatan tentang kegagalan sistem perlindungan nasional.
Baca Juga:
Tak Bisa Ditembus Jet Israel, Markas Nuklir Fordow Butuh Bom Monster Milik AS
Transformasi besar dalam nada media ini menjadi bukti nyata dampak psikologis yang sangat dalam dari operasi militer Iran.
Ini bukan sekadar kekalahan strategis, tapi juga guncangan emosional yang dapat mengubah persepsi publik Israel tentang keamanan, perang, dan masa depan mereka di tanah yang terus mereka duduki.
Dampak psikologis ini kini menjadi medan baru dalam konflik Israel-Iran, yang menandai babak baru peperangan: bukan hanya pertarungan senjata, tapi juga perebutan kekuatan atas pikiran dan keberanian sebuah bangsa.