WahanaNews.co | Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyerukan ‘peningkatan eksponensial’ dalam gudang senjata nuklir negaranya, menyusul klaimnya sebagai ancaman dari Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS).
Menurut sebuah laporan dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), komentar Kim muncul ketika Korea Utara dua kali selama akhir pekan menguji apa yang diklaimnya sebagai sistem roket peluncuran ganda yang besar, berkemampuan nuklir, yang dapat menempatkan seluruh Korea Selatan dalam jangkauannya.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Berbicara pada Malam Tahun Baru di hari terakhir sesi pleno enam hari yang mengulas tahun 2022, Kim mengatakan Korea Selatan telah menjadi "musuh yang tidak diragukan lagi" dan sekutu utamanya, AS, telah meningkatkan tekanan pada Korea Utara secara "maksimum". Selama setahun terakhir dengan sering mengerahkan aset militernya ke Semenanjung Korea.
Sebagai tanggapan, Kim mengatakan di tahun mendatang bahwa Pyonyang harus memproduksi senjata nuklir taktis secara massal sambil mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang akan memberi Korut kemampuan serangan balik yang cepat.
Komentar Kim datang pada akhir tahun ketika rezimnya menguji lebih banyak rudal daripada kapan pun dalam sejarah Korea Utara, termasuk ICBM yang secara teori dapat menyerang daratan AS.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, pada Sabtu (31/12/2022), di hari ke-37 uji coba rudal pada 2022, Korea Utara menembakkan setidaknya tiga rudal balistik jarak pendek dari sebuah situs di selatan Pyongyang.
Hal itu mengikuti tes lain pada Minggu (1/1/2023). Korut mengatakan uji coba pada Sabtu (31/12/2022) dan Minggu (1/1/2023) adalah sistem peluncuran roket ganda (MRL) 600 mm. Sebagian besar sistem peluncuran multi-roket yang beroperasi di seluruh dunia berukuran sekitar 300 mm.
Dikutip KCNA, Kim dalam pidatonya di sesi pleno pada Sabtu (31/12/2022), mengatakan MRL 600mm pertama kali diperkenalkan tiga tahun lalu, dan produksi telah ditingkatkan sejak akhir Oktober 2022 untuk penempatan. Dia kemudian menambahkan bahwa 30 MRL 600mm tambahan akan dikerahkan ke militer secara bersamaan.
Kim mengatakan senjata itu mampu mengatasi bentang alam yang tinggi, dapat menyerang secara berurutan dengan presisi, memiliki jangkauan tembak seluruh Korea Selatan dan dapat diisi dengan hulu ledak nuklir taktis.
“Secara prospektif, sebagai senjata ofensif utama pasukan militer kita, itu akan melakukan misi tempurnya sendiri untuk mengalahkan musuh,” terangnya.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Korea Selatan kemudian menanggapi komentar Kim, menyebut mereka memakai ‘bahasa provokatif yang sangat merusak perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea’.
Kementerian mendesak Pyongyang untuk segera menghentikan pengembangan senjata nuklir dan kembali ke jalur denuklirisasi, memperingatkan bahwa rezim Kim Jong Un akan berakhir jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir.
Kementerian berjanji untuk mempertahankan postur kesiapan militernya untuk menanggapi dengan tegas setiap ancaman Korea Utara, menambahkan bahwa militer akan memperkuat sistem pertahanan ‘tiga sumbu’ yang dirancang untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Sistem pertahanan ‘tiga sumbu’ yang terdiri dari sistem serangan preemptive Kill Chain, sistem Pertahanan Udara dan Rudal Korea dan rencana Hukuman dan Pembalasan Besar-besaran Korea, sebuah rencana operasional untuk melumpuhkan kepemimpinan Korea Utara dalam konflik besar.
Kantor kepresiden Korea Selatan mengatakan Presiden Yoon Suk Yeol menjelaskan pada Minggu (1/1/2023) selama panggilan telepon dengan para pemimpin militer bahwa Korea Utara akan terus melakukan provokasi nuklir dan rudal secara terus-menerus, dan militer Korea Selatan harus menanggapi dengan pembalasan yang jelas. [eta]