Mahasiswa ekonomi Aracely Rodriguez yang tinggal di Pudahuel, daerah kelas menengah ke bawah di barat laut Santiago melihat sekitarnya tidak ada tanaman hijau.
"Di mana saya tinggal tidak ada taman atau area hijau di dekatnya, tidak banyak air. Kami mencoba menjaga air. Kami memiliki hati nurani," katanya.
Baca Juga:
Indonesia-Chile Sepakat Memulai Negosiasi Sejumlah Bidang Baru
Pakar pengelolaan air dari University of Chile, Rodrigo Fuster, mengatakan, orang perlu menyesuaikan penggunaan air mengingat iklim yang lebih kering dengan sedikit curah hujan dan salju di Andes.
Kondisi ini telah mengurangi aliran sungai ke kota.
"Ada banyak ruang untuk mengurangi konsumsi air. Di kota seperti Santiago, dengan iklim semi-kering yang semakin parah, tidak dapat diterima bahwa kami memiliki rumput dan menggunakan air seolah-olah kami berada di London," ujar Fuster.
Baca Juga:
Optimalkan Perjanjian Dagang IC-CEPA, Dirjen PEN Pimpin Misi Dagang ke Cile
Warga terbelah tentang perubahan tersebut.
Ada yang mengatakan lanskap baru di beberapa tempat tampak seperti tumpukan batu.
Namun warga lain ada juga yang mengatakan butuh waktu dan bisa menjadi indah.