WahanaNews.co | Rusia mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan pada Kamis (18/11/2021).
“Bantuan yang diberikan termasuk 36 ton makanan, obat-obatan dan barang-barang penting,” jelas Duta Besar Rusia untuk Kabul, Dmitry Zhirnov, seperti dikutip dari kantor berita TASS.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Penerbangan khusus yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan Rusia akan mengirimkan ke Afghanistan sejumlah besar kargo kemanusiaan yang disiapkan oleh Kementerian Darurat Rusia.
“Batch pertama sebanyak 36 ton akan dikirimkan pada 18 November. Kemudian akan ada dua pengiriman lagi. Secara keseluruhan, lebih dari 100 ton bantuan kemanusiaan akan dipasok," lanjut Zhirnov.
Menurut diplomat itu, Taliban diminta koperatif dan gak bikin gara-gara, agar bantuan lancar sampai ke tangan mereka yang membutuhkan.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
"Ini penting. Pihak berwenang Afghanistan harus memahami bahwa kesalahan apa pun akan sangat memperumit pekerjaan mereka selanjutnya dengan penyandang dana asing," Zhirnov menunjukkan.
Diplomat itu juga menyatakan bahwa warga Rusia akan dievakuasi dari Afghanistan dalam penerbangan pulang. Seperti yang dicatat Zhirnov, hampir 900 mahasiswa Afghanistan dari universitas Rusia mendaftar untuk penerbangan ekspor untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Dari 25 hingga 26 Agustus, Kementerian Pertahanan Rusia melakukan penerbangan repatriasi dari Afghanistan untuk warga negara Rusia, Belarus, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan, yang mencari bantuan untuk kembali ke negara mereka.
Kementerian Luar Negeri Rusia menekankan bahwa itu bukan evakuasi, tetapi "bantuan untuk kembali ke tanah air mereka bagi mereka yang menghadapi kondisi menantang di tengah perubahan dramatis dalam situasi militer-politik Afghanistan."
Taliban memulai operasi besar-besaran untuk menguasai Afghanistan setelah AS mengumumkan niatnya untuk menarik pasukannya pada musim semi. Pada 15 Agustus, para pejuang Taliban menyerbu Kabul tanpa menghadapi perlawanan apa pun, dengan Presiden Afghanistan saat itu Ashraf Ghani kemudian melarikan diri dari negara itu.
Pada 6 September, Taliban memperoleh kendali penuh atas Afghanistan, dan pada 7 September, kaum radikal mengumumkan pemerintahan sementara yang baru, yang belum diakui oleh negara mana pun. [dhn]