Aksi
kakak beradik ini tidak hanya subversif, tetapi juga berbahaya.
Jika
Nazi atau polisi Belanda menangkap mereka, maka mereka bisa dibunuh.
Baca Juga:
Bantai Wanita dan Anak-anak, Erdogan sebut Kebiadaban Israel Mirip Nazi
Namun,
para petugas Nazi atau polisi Belanda tidak pernah mencurigai mereka sebagai
tokoh dari gerakan perlawanan, karena usia mereka saat itu yang masih muda.
Apalagi
dengan penampilan rambut berkepang mereka.
Seorang
komandan Kelompok Perlawanan Haarlem mengamati kerja mereka, sehingga pada
1941, ia mengunjungi rumah Oversteegen bersaudara.
Baca Juga:
Ribut dengan Rusia, Diam-diam Israel Bantu Ukraina
Sang
komandan meminta izin kepada sang ibu untuk merekrut kedua putrinya menjadi
anggota perlawanan Haarlem.
Ibu
mereka setuju dan Oversteegen bersaudara juga setuju untuk bergabung.
"Baru
kemudian dia memberi tahu kami apa yang sebenarnya harus kami lakukan, yaitu
menyabotase jembatan dan jalur kereta api," kata Truus kepada Jonker.