WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda mereda.
Terbaru, Kremlin menuding NATO sudah terlibat secara de facto dalam konfrontasi melawan Moskow.
Baca Juga:
PM Kamboja: Penangkapan Putin Bisa Berdampak Perang Nuklir
Hal itu disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin (15/9/2025), saat menanggapi dukungan aliansi militer Barat kepada Kyiv.
Menurut Peskov, dukungan yang diberikan NATO tidak hanya bersifat tidak langsung, tetapi juga langsung ke pemerintahan Ukraina.
Dengan demikian, aliansi tersebut dipandang sudah menjadi pihak dalam perang.
Baca Juga:
Sarat Pro dan Kontra, NATO Tak Sepakat Kirim Tank ke Ukraina
"Dapat dikatakan dengan kepastian mutlak bahwa NATO berperang melawan Rusia," ujarnya, dikutip dari RT, Selasa (23/9/2025).
Pernyataan Peskov menegaskan bahwa Rusia menilai NATO kini menyediakan bantuan militer, finansial, hingga intelijen bagi Ukraina, yang menurut Moskow merupakan bentuk keterlibatan nyata dalam konflik.
Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) sendiri merupakan blok pertahanan politik dan militer yang lahir pada 1949 pasca-Perang Dunia II.
Prinsip utama aliansi ini adalah pertahanan kolektif sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, yang menyatakan serangan terhadap satu anggota berarti serangan terhadap seluruh anggota.
Kini NATO memiliki 32 negara anggota dari kawasan Amerika Utara dan Eropa.
Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 menjadi puncak eskalasi konflik yang sebenarnya sudah berlangsung sejak 2014.
Moskow berulang kali menyebut ekspansi NATO ke arah timur serta niat Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.
Sejak awal agresi, NATO menegaskan posisinya: mengutuk serangan Rusia namun berhati-hati menghindari keterlibatan militer langsung agar perang tidak berkembang menjadi konflik global, termasuk risiko nuklir.
Kendati begitu, dukungan negara-negara anggota NATO terhadap Ukraina berlangsung masif.
Bantuan yang diberikan meliputi dana, logistik, perlengkapan kemanusiaan, hingga bantuan militer dalam bentuk senjata, sistem pertahanan udara, artileri, tank, amunisi, serta pelatihan pasukan.
NATO menekankan bahwa dukungan tersebut bertujuan memperkuat pertahanan Ukraina, bukan untuk menjadikan aliansi itu pihak yang bertempur langsung.
Namun, narasi itu jelas bertolak belakang dengan pandangan Kremlin.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]