“Kami juga sedang meninjau studi yang dilakukan oleh Pusat Energi ASEAN (ACE),” ujarnya.
Diketahui, isu energi nuklir di kawasan Asia Tenggara mencuat setelah perusahaan energi atom Rusia, Rosatom, menawarkan kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) untuk negara-negara ASEAN.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Minta Pemerintah Awasi Ketat Pemanfaatan Tenaga Nuklir dengan Banyaknya Minat Investor
Penawaran tersebut disampaikan oleh Direktur Proyek Rosatom Rusia, Alexander Tsibulya, dalam Pertemuan Menteri Energi ASEAN ke-43 (AMEM-43) yang juga digelar di Kuala Lumpur.
“Untuk skala kecil tersedia dua pilihan, bisa terapung atau berbasis darat yang disebut reaktor modular kecil (SMR),” katanya.
Alexander menjelaskan bahwa konsep ini fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi geografis masing-masing negara.
Baca Juga:
PLN Mulai Jajaki Energi Nuklir, Kaji Kelayakannya Bersama KHNP Korsel di Forum COP28 Dubai
Ia menilai teknologi tersebut sangat potensial diterapkan di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia yang memiliki banyak wilayah kepulauan.
“Bukan hanya di Malaysia, tetapi juga Indonesia sebagai negara kepulauan yang berpeluang besar untuk memiliki tenaga nuklir terapung,” ujarnya.
Alexander menambahkan, peluang tersebut terutama terbuka di kawasan timur Indonesia yang selama ini masih banyak mengandalkan pasokan listrik dari pembangkit diesel.