"Karena Baltimore tidak begitu berpusat pada peti kemas, terutama pelabuhan roll-on/roll-off, gangguan ini akan menciptakan kemungkinan volume flatbed dan volume otomatis keluar dari pelabuhan lain di Pantai Timur," kata D'Andrae Larry, kepala intermoda untuk Uber Freight.
Menurut Larry, setelah kehancuran tersebut terjadi, jembatan dan pelabuhan kemungkinan akan mengalami tidak berfungsinya selama berbulan-bulan.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Hal ini akan memaksa pengiriman dialihkan terlebih dahulu ke pelabuhan di New York dan New Jersey, lalu ke Norfolk, Virginia. Pelabuhan lainnya yang dapat digunakan adalah yang terletak di Georgia dan Carolina Selatan.
"Pelanggan akan mencari solusi untuk pengiriman mereka yang biasanya melewati Maryland, Atlantik tengah, Midwest bagian atas, dan New England," ujarnya.
"Pilihan angkutan di sekitar Baltimore mungkin lebih terbatas, tetapi pengirim kargo sekarang dapat memilih untuk menggunakan angkutan alternatif untuk distribusi darat," tambahnya.
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
Pelabuhan terbesar ke-11 di AS ini merupakan pelabuhan utama untuk impor dan ekspor mobil dan truk ringan, serta kendaraan pertanian beroda dan mesin konstruksi.
Tahun sebelumnya, pelabuhan tersebut menangani 847.158 mobil dan truk ringan. Ini adalah tahun ke-13 berturut-turut Baltimore menjadi pelabuhan teratas di AS dalam hal impor mobil dan truk ringan. Selain itu, impor utamanya meliputi gula dan gipsum.
Berdasarkan data perdagangan, sekitar US$23 miliar dari total impor pelabuhan sebesar US$55,2 miliar pada tahun 2023 adalah mobil dan truk ringan.