WahanaNews.co, Jakarta - Sejumlah perusahaan logistik di sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat (AS) telah menerbitkan "peringatan" pada kliennya terkait dampak penutupan Pelabuhan Baltimore usai remuknya Jembatan Francis Scott Key di kota tersebut.
"Waktu pertama kami adalah untuk berkomunikasi dengan klien untuk merencanakan pengalihan kontainer yang semula ditujukan ke Baltimore untuk dibongkar di pelabuhan lain di Pantai Timur," jelas Paul Brashier, wakil presiden drayage dan intermodal untuk Logistik ITS, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Kamis (28/3/2024).
Baca Juga:
Dukungan AS Retak? Trump dan Zelenskyy Bertikai, Rusia Bersorak
"Volume yang dialihkan ini akan berdampak pada pelabuhan New York/New Jersey, Norfolk, dan Tenggara dan kami harus mempersiapkan kapasitas pengangkutan dan transmuat untuk mengantarkan barang tersebut ke jaringan yang dituju," kata Brashier.
Insiden terjadi pada Selasa dini hari, di mana kapal Dali berkapasitas 10.000 kontainer sedang dalam perjalanan keluar dari Pelabuhan Baltimore menuju Kolombo, Sri Lanka dan kemudian bertabrakan dengan pilar jembatan.
Pada saat tabrakan, kapal tersebut membawa dua pilot dari Pelabuhan Baltimore.
Baca Juga:
12 Tahun Bersekolah tapi Tak Bisa Membaca, Aleysha Ortiz Gugat Sekolahnya
"Dampak langsungnya adalah pada muatan di kapal dan aksesibilitasnya. Pengiriman lain yang direncanakan melalui Baltimore kemungkinan akan dialihkan, sehingga berpotensi meningkatkan arus kargo ke New York, Norfolk, dan pelabuhan terdekat," kata Goetz Alebrand, wakil presiden senior dan kepala angkutan laut untuk Amerika di DHL Global Forwarding.
"Pengangkut barang curah dan mobil yang bergantung pada Baltimore harus menilai operasi jika terjadi penutupan yang berkepanjangan," tambahnya.
Menurut data Gubernur Maryland Wes Moore, lebih dari 52 juta ton kargo asing, senilai sekitar US$80 miliar diangkut keluar dari pelabuhan tahun lalu. Berdasarkan jurnal pelayaran Lloyd's List, pelabuhan Baltimore melayani rata-rata 207 panggilan per bulan pada tahun lalu.
"Karena Baltimore tidak begitu berpusat pada peti kemas, terutama pelabuhan roll-on/roll-off, gangguan ini akan menciptakan kemungkinan volume flatbed dan volume otomatis keluar dari pelabuhan lain di Pantai Timur," kata D'Andrae Larry, kepala intermoda untuk Uber Freight.
Menurut Larry, setelah kehancuran tersebut terjadi, jembatan dan pelabuhan kemungkinan akan mengalami tidak berfungsinya selama berbulan-bulan.
Hal ini akan memaksa pengiriman dialihkan terlebih dahulu ke pelabuhan di New York dan New Jersey, lalu ke Norfolk, Virginia. Pelabuhan lainnya yang dapat digunakan adalah yang terletak di Georgia dan Carolina Selatan.
"Pelanggan akan mencari solusi untuk pengiriman mereka yang biasanya melewati Maryland, Atlantik tengah, Midwest bagian atas, dan New England," ujarnya.
"Pilihan angkutan di sekitar Baltimore mungkin lebih terbatas, tetapi pengirim kargo sekarang dapat memilih untuk menggunakan angkutan alternatif untuk distribusi darat," tambahnya.
Pelabuhan terbesar ke-11 di AS ini merupakan pelabuhan utama untuk impor dan ekspor mobil dan truk ringan, serta kendaraan pertanian beroda dan mesin konstruksi.
Tahun sebelumnya, pelabuhan tersebut menangani 847.158 mobil dan truk ringan. Ini adalah tahun ke-13 berturut-turut Baltimore menjadi pelabuhan teratas di AS dalam hal impor mobil dan truk ringan. Selain itu, impor utamanya meliputi gula dan gipsum.
Berdasarkan data perdagangan, sekitar US$23 miliar dari total impor pelabuhan sebesar US$55,2 miliar pada tahun 2023 adalah mobil dan truk ringan.
Sementara itu, sekitar US$4,8 miliar dari ekspor pelabuhan ini adalah kendaraan bermotor.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]