Di sisi lain Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine bersama penasihat seniornya David Isom dijadwalkan mengunjungi Puerto Rico untuk menyampaikan penghargaan kepada pasukan yang mendukung operasi di kawasan Laut Karibia.
Sementara itu jajak pendapat CBS News/YouGov yang dirilis Minggu (23/11/2025) menunjukkan 70 persen warga Amerika menolak keterlibatan militer AS di Venezuela, sementara 30 persen lainnya memberi dukungan terhadap opsi tersebut.
Baca Juga:
Indonesia–AS Mantapkan Kolaborasi Pertahanan, Bahas Super Garuda Shield dan AUMX 2025
Selain itu 76 persen responden menilai pemerintahan Trump belum memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai posisi AS terkait kemungkinan tindakan militer di negara Amerika Selatan tersebut.
Secara resmi pemerintah AS menyatakan operasi yang berlangsung bertujuan menekan arus migrasi dan perdagangan narkoba ilegal, namun sejumlah pejabat menyebut bahwa perubahan rezim bukanlah tujuan utama meski dapat menjadi “efek samping” dari tekanan tersebut.
Menurut seorang pejabat AS, Trump berharap tekanan ekonomi, politik, dan militer yang ada cukup kuat untuk memaksa Maduro mundur tanpa perlunya konfrontasi bersenjata.
Baca Juga:
AS Punya Dua Wali Kota Muslim, Ini Sosoknya
Pemerintah Venezuela merespons tajam langkah Washington dengan menyebut label organisasi teroris asing tersebut sebagai “fabrikasi konyol” dan menyamakan tindakan baru itu dengan serangkaian “agresi” sebelumnya yang menurut Caracas berakhir dengan kegagalan.
Di tengah retorika yang meningkat, Trump juga memberikan sinyal diplomasi dengan menyatakan pekan lalu bahwa Maduro “ingin berbicara,” dan dirinya terbuka untuk melangsungkan dialog “pada waktu tertentu.”
Pada hari yang sama Amerika Serikat juga memamerkan kekuatan militernya secara terbuka di dekat Venezuela, ketika enam pesawat militer termasuk jet tempur F/A-18E, pembom B-52, dan pesawat pengintaian muncul bergantian di lepas pantai negara tersebut.