WahanaNews.co | Perekrutan pasukan militer yang tertutup, rahasia, dan "sewenang-wenang" oleh pemerintah Ukraina mempengaruhi moral pasukan Ukraina yang berperang melawan Rusia.
Para tentara juga tidak senang dengan kebijakan Kiev yang mendata para tentara yang tidak mau bertugas.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Perkembangan itu dilaporkan New York Times (NYT). “Ada tanda-tanda, lima bulan yang melelahkan dalam perang, bahwa rasa persatuan mulai memudar di dalam militer Ukraina,” ungkap laporan surat kabar itu pada Senin (25/7/2022).
“Beberapa tentara tidak senang bahwa mereka telah melakukan wajib militer yang lama dan sulit, sementara banyak lainnya berhasil menjauh dari layanan,” papar laporan itu.
“Tidak ada yang bisa menggantikan kita. Ada terlalu sedikit orang. Ini sangat sulit bagi para pria, secara psikologis,” ujar seorang tentara Ukraina, yang telah menghabiskan waktu berbulan-bulan bertempur melawan Rusia.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
“Ada juga kekecewaan di antara pasukan Kiev dengan sistem perekrutan tentara negara itu, yang menolak beberapa orang yang ingin berperang (karena alasan birokrasi), namun menerima orang lain yang tidak mau dan tidak memenuhi syarat," ungkap laporan NYT.
Beberapa komandan Ukraina telah mengeluh bahwa, “Memanggil orang-orang yang tidak mau bertugas menurunkan moral di antara mereka yang mau secara sukarela.”
Surat kabar itu mengingat bagaimana, pada Juni, polisi Kiev mengumumkan bahwa mereka telah menggerebek dua klub malam di ibukota karena melanggar jam malam, dan menyerahkan panggilan untuk wajib militer pada lebih dari 200 pria pengunjung pesta.