WahanaNews.co | Dua ilmuwan Australia mengungkapkan letusan gunung berapi bawah laut di Tonga setara dengan 1.000 bom nuklir Amerika Serikat (AS) yang meluluhlantakkan Hiroshima, Jepang.
Erupsi gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai pada Sabtu malam itu telah memicu tsunami di kawasan Pasifik.
Baca Juga:
Enam Gunung Api Berstatus Siaga dan Awas, Badan Geologi Peringatkan Bahaya Erupsi
Gunung berapi bawah laut itu berjarak sekitar 50 kilometer dari Ibu Kota Tonga, Nuku'alofa. Namun, ibu kota tersebut sempat gelap gulita tertutup abu vulkanik.
Dua ilmuwan yang menggambarkan efek dahsyat erupsi itu adalah Brian Schmidt; ilmuwan pemenang hadiah Nobel dan wakil rektor Australian National University (ANU), dan Profesor Richard Arculus; pakar ternama di Research School of Earth Sciences di ANU College of Science.
Kedua ilmuwan itu menuliskan analisisnya dalam artikel di The Sydney Morning Herald, Senin (17/1/2022).
Baca Juga:
Lewotobi Laki-Laki di NTT Meletus Lagi, BPBD Minta Warga Hindari Radius 3 Kilometer
Belum ada laporan tentang korban jiwa maupun luka di Tonga akibat erupsi dan tsunami karena jaringan komunikasi di sana masih terputus. Namun, Perdana Menteri Selandia Baru Jacina Ardern yang berhasil melakukan kontak dengan kedutaannya di Tonga menyebut negara Pasifik itu mengalami kerusakan signifikan.
"Dalam pertama yang unik, seluruh dunia menyaksikan ledakan luar biasa secara real-time dari generasi baru satelit cuaca resolusi tinggi, yang menunjukkan secara rinci kekuatan dan skalanya yang menghancurkan," tulis kedua ilmuwan tersebut dalam artikel mereka.
Erupsi gunung berapi tersebut menyemburkan awan jamur yang dengan cepat menutupi area erupsi dan kawasan Nuku'alofa. Kecepatan semburan awan jamur itu, menurut kedua ilmuwan, setara dua kali lipat kecepatan suara.