Rekan Troadec, Sherazade Rouibah, mengatakan dirinya tahu bahwa tawaran Macron kepada pemilih Muslim dalam dua putaran pemilihan bersifat sinis.
Macron pekan lalu memberi ucapan selamat kepada seorang wanita muda Muslim di Strasbourg yang mengenakan hijab karena menyebut dirinya seorang feminis.
Baca Juga:
Gabriel Attal Jadi PM Termuda Prancis di Usia 34 Tahun
"Ini seperti, 'Oh, selama lima tahun Anda menentang kami dan kini Anda tertarik dengan suara kami?' Dan yang terburuk adalah kami memilihnya karena Le Pen lebih buruk daripada dia," kata Rouibah sambil tertawa.
Jajak-jajak pendapat menunjukkan kecil peluang Le Pen memenangi pemilihan pada Ahad tapi bukan tidak mungkin.
Pada 2017, ketika kedua kandidat saling berhadapan, Macron mengalahkan Le Pen dengan 66,1 persen suara.
Baca Juga:
Timnas Prancis Kisruh, Benzema Unfollow Pemain Les Bleus
Yang jelas, pemilih Muslim tidak akan memilih Macron dalam satu blok.
Persepsi bahwa Macron telah mengadopsi kebijakan sayap kanan dalam ekonomi dan politik identitas, bahwa dia "presiden kaum berada" dan jauh dari rakyat akan mendorong sebagian orang untuk memilih Le Pen, dan sebagian lainnya tidak memberikan suara.
"Ada orang yang akan memilih dia (Le Pen) dan yang mengatakan demikian," kata Troadec.