Karena Indonesia merupakan pemimpin kekuatan Asia Tenggara, tidak heran jika posisi Indonesia diperhitungkan.
Administrasi Biden telah menghabiskan banyak waktu tahun pertama di kantornya mencari dukungan antara sekutu dan mitra yang merasakan kekhawatiran Washington atas Beijing tapi tidak mengalami kemajuan karena 4 tahun kepemimpinan Donald Trump.
Baca Juga:
China: Wahai AS, Jangan Campuri Hak Kami soal Perang Rusia-Ukraina!
Periode kepastian itu memang penting, tapi jika tujuan asli kompetisi dengan China adalah untuk memastikan "Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka", daripada mengejar kompetisi negara-negara adidaya untuk kepentingannya, AS tidak bisa hanya bergantung pada sedikit temannya yang membagikan pandangan dunia seperti mereka.
Washington perlu bergerak kepada negara tidak memihak yang terkadang suka bertengkar dengan kekuatan berkembang seperti Indonesia, dan membantu Indonesia menjadi kurang bergantung dengan China.
Indonesia sudah tahu pentingnya menjaga otonomi negara dalam hubungan internasional, mengetahui jelas-jelas betapa merusaknya masuknya pasukan asing, dari kekuasaan kolonial sampai kudeta penuh kekerasan dan kekacauan yang didukung oleh AS di tahun 1950-an dan '60-an.
Baca Juga:
Tiongkok Incar Bangkai Pesawat AS yang Jatuh di Laut China Selatan
Indonesia mencapai kebijakan luar negeri "bebas aktif" setelah menyatakan kemerdekaan dari Belanda pada 1945.
Sampai saat ini Indonesia masih menolak menandatangani persekutuan dengan negara-negara lain, dan menjadi anggota penuh komitmen dari Gerakan Non-Blok dan bereaksi marah jika ada ancaman terhadap kedaulatannya.
Hubungan dengan Washington sendiri telah seperti jungkat-jungkit berpuluh-puluh tahun lamanya.