Sejauh ini, Washington telah menunjukkan ambisi terbatas untuk mendorong hubungan dengan Indonesia.
Meskipun peringatan atas pertumbuhan hubungan strategis Beijing dengan Jakarta, hubungan tersebut belum menangani kontra beban ekonomi yang signifikan.
Baca Juga:
China: Wahai AS, Jangan Campuri Hak Kami soal Perang Rusia-Ukraina!
Namun hubungan lebih dekat dengan China bukan berarti Jokowi memilih pihak dalam kompetisi negara adidaya.
Ia justru bekerja secara pragmatis, seperti disebut oleh New York Times: bersedia bekerja dengan siapa saja yang bisa membantunya bertemu tujuan utamanya, seperti mendorong ekonomi.
Kurt Campbell, yang memimpin kebijakan Indo-Pasifik di Gedung Putih, menyebut Indonesia merupakan negara paling penting bagi AS tapi paling sedikit dimengerti.
Baca Juga:
Tiongkok Incar Bangkai Pesawat AS yang Jatuh di Laut China Selatan
Sebagai negara berpenduduk terpadat keempat sedunia, negara dengan jumlah warga Muslim terbanyak di dunia dan negara kepulauan terbesar, mengumpulkan kepentingan di Indonesia biasanya memerlukan daftar superlatif.
Antara isu domestik dan daftar panjang kebijakan luar negeri yang menantang, tampaknya Indonesia gagal melaksanakan agendanya lagi, bahkan walaupun administrasi Biden mulai melangkah ke Asia Tenggara.
Panduan strategis keamanan nasional pegangan presiden yang dirilis Maret lalu menyebut Singapura dan Vietnam yang mendukung tekanan AS ke China, sebagai mitra penting di Asia Tenggara, tapi bukan Indonesia.