WahanaNews.co | Media China mengingatkan, Amerika Serikat (AS) akan mendapatkan kejutan besar jika mencoba menyerang Rusia di Laut Hitam menggunakan jet tempur siluman F-35 .
Peringatan Sohu News pada Minggu (2/1/2022) tersebut berdasarkan analisa tentang jaringan sistem pertahanan udara regional Rusia yang canggih.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Contohnya, sistem pertahanan udara jarak jauh S-300PM-2 yang di-upgrade dan ditempatkan di Crimea akan menjadi kejutan besar bagi setiap jet tempur asing yang melanggar wilayah udara Rusia.
Sistem pertahanan itu berbahaya karena radarnya yang di-upgrade dan sistem deteksi serta pelacakan target yang ultrasensitif memungkinkannya untuk memburu target siluman pada jarak antara 200 km dan 250 km. Rentang jarak itu di luar jangkauan rudal onboard F-35.
“Diyakini bahwa dalam waktu dekat, ketika situasi di Eropa Timur terus memanas, peluang NATO untuk mengerahkan F-35 dalam peperangan di wilayah udara Laut Hitam akan lebih sering muncul,” tulis media China tersebut, yang dikutip Sputniknews.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
"Namun, beberapa analis telah menunjukkan bahwa bakat Rusia dalam menanggapi F-35 sudah menunggu...Begitu F-35 Amerika melanggar wilayah udara Rusia, mereka akan ditembak jatuh tanpa ampun menggunakan sistem ini," lanjut laporan tersebut.
Rusia, sambung Sohu News, telah membangun jaringan pertahanan udara yang luas di wilayah Laut Hitam guna menantang rencana operasional AS dan NATO untuk menyerang kota-kota penting Rusia yang strategis di wilayah tersebut.
Jaringan pertahanan itu mencakup S-300, S-400 yang di-upgrade dan bahkan S-500 diharapkan akan ditempatkan di wilayah tersebut untuk mendinginkan para pemarah di Pentagon.
Bulan lalu, pengamat pertahanan National Interest yang juga mantan pegawai Departemen Pertahanan AS; Kris Osborn, menyatakan bahwa jika terjadi konflik Rusia-NATO atas Ukraina, AS dapat melakukan serangan rudal jelajah Tomahawk dari kapal yang beroperasi di Laut Hitam untuk membawa kehancuran besar bagi pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.
Osborn juga percaya bahwa penyebaran massal F-35A, F-35C yang diluncurkan kapal induk, dan F-35B yang diluncurkan kapal serbu amfibi dapat memainkan “faktor penentu” dalam setiap perang darat Ukraina.
Rusia memiliki setidaknya 71 batalyon S-400, dengan peluncur dan komponen lainnya dibagi menjadi 34 resimen, dengan total sekitar 560 peluncur.
Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin ini juga memiliki 125 batalyon S-300 yang lebih tua, dengan total lebih dari 1.500 peluncur. Sistem pertahanan ini telah menerima berbagai upgrade.
Oktober lalu, media Rusia melaporkan Kementerian Pertahanan berencana untuk mengubah beberapa sistem S-300 dan S-400 secara bersamaan untuk membawa berbagai rudal guna menyediakan kemampuan serangan jarak jauh dan jarak pendek yang sangat akurat untuk digunakan tergantung pada taktik dan situasi. [rin]