WahanaNews.co | Indonesia tengah menunggu bulan Juni 2022, sebagai penerbangaan perdana KF-21 Boramae.
Nantinya bila KF-21 Boramae sukses terbang, Indonesia akan jadi negara yang mendapat keuntungan berlipat.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Dimana Indonesia akan memperoleh 48 unit KF-21 Boramae disertai dengan teknologi pembuatannya.
Apalagi ada prediksi KF-21 Boramae akan jadi jet tempur terkuat di Asia bila nantinya jadi.
"KF-21 merupakan pesawat tempur paling mutakhir di dunia dan berpotensi menjadi pesawat tempur terkuat di Asia Timur Laut," lapor The JoongAng.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Untuk mewujudkan hal itu, insinyur KF-21 Boramae sedang melakukan berbagai macam uji coba.
"KF-21 Boramae dilengkapi dengan 7,6 ton rudal, bom, dan tangki bahan bakar di badan dan kedua sayap, dan melakukan manuver kecepatan tinggi.
Ini untuk memeriksa bahwa tidak ada kerusakan pada sayap dengan berulang kali menerapkan tekanan yang setara dengan beban itu 100.000 kali.
Di peralatan uji di sebelah, 3232 kabel dihubungkan ke KF-21 untuk menguji fungsi struktural pesawat tempur.
Kami menganalisis dan melengkapi banyak data dari lebih dari 3.000 saluran setiap hari," terang Lee Won-seok, kepala tim uji struktural kepada theguru.co.kr.
Kemudian yang tak kalah penting ialah KF-21 Boramae dibekali radar AESA.
Radar AESA buatan Hanwha System ini kemampuannya penuh misteri dan dirahasiakan oleh pihak Korsel.
"Ada banyak rahasia tentang radar AESA KF-21 yang tidak dapat diungkapkan," kata seorang pejabat KAI.
Tapi ada satu indikasi jika radar AESA KF-21 Boramae melampaui kecanggihan milik China dan Rusia.
Dipastikan Indonesia akan mendapat radar AESA jenis ini.
Apalagi Malaysia mengakui jika KF-21 Boramae Indonesia buat mereka minder menghadapinya.
"Akankah pesawat tempur Malaysia saat ini seperti F-18 Hornet dan Sukhoi Su-30MKM mampu bersaing dengan pesawat siluman yang akan digunakan negara tetangga?" tutur Defence Security Asia.
"Namun sejatinya, Malaysia tidak mau terkesan 'tertinggal' dan ingin setara dengan negara-negara tetangga," harapnya.
"Pertanyaan-pertanyaan ini bukan berarti kita ingin berperang dengan negara tetangga, tetapi penting untuk memastikan kita selalu sejajar dan tidak tertinggal terlalu jauh," tulis media Defence Security Asia.
Juga Malaysia memprediksi dengan KF-21 Boramae, Rafale dan F-15 Eagle II, Indonesia bakal jadi militer nomor 1 ASEAN.
Akuisisi 42 jet tempur Rafale dari Prancis senilai RM32 miliar dan persetujuan untuk mengakuisisi hingga 36 pesawat F-15EX buatan Boeing (jika akuisisi direalisasikan) senilai RM55 miliar tentu akan menutup kesenjangan dan menyeimbangkan kekuatan udara di Asia Tenggara. saat ini dipegang oleh Singapura.
Selain jet tempur Rafale dan F-15EX (dikenal sebagai F-15ID jika dijual), TNI AU juga akan dilengkapi sejumlah pesawat generasi 4,5 buatan Korea Aerospace Industries (KAI) yakni KF-21 Boramae." jelas Defence Security Asia.
Dengan modal sedemikian besar maka Indonesia patut menyandang gelar tersebut.
"Dalam beberapa tahun ke depan, TNI AU akan dilengkapi dengan 42 Rafale, 48 KF-21 dan 36 F-15EX (jika negosiasi Jakarta dengan Washington mengenai penjualan pesawat berjalan lancar).
Indonesia sangat ingin menjadi kekuatan udara utama di Asia Tenggara dan sedang berusaha untuk itu," paparnya.
Di lain pihak, Turki yang awalnya diajak Indonesia dan Korsel dalam pembuatan KF-21 Boramae kini menyesal.
Karena mereka menolak ajakan itu dan kini malah ingin memiliki KF-21 Boramae.
"Pada Oktober 2021, Ismail Demir kepala Industri Pertahanan Kepresidenan Turki mengatakan negaranya bisa membeli jet tempur Su-35 dan Su-57 Rusia jika AS membekukan penjualan F-16," lapor Eurasian Times.
"Selain itu, Turki juga bisa mencari Chengdu J-10C dari China, Pakistan juga mengakuisisi jet tempur tersebut.
J-10C adalah jet tempur generasi 4,5 yang jauh lebih murah dan mungkin lebih canggih daripada Sukhoi Su-35 Rusia.
Selain daftar tersebut, ternyata Turki juga memiliki minat dengan KF-21 Boramae," ungkapnya.
Telat bagi Turki mengharap kerja sama pembuatan KF-21 Boramae dengan Indonesia dan Korsel, namun apabila membeli pasti diperbolehkan. [qnt]