WAHANANEWS.CO, Jakarta - Mesir dikabarkan tengah mempertimbangkan pembelian jet tempur siluman generasi kelima J-35 buatan China.
Langkah ini dipandang sebagai sinyal terbuka bahwa Kairo mulai melirik Beijing di tengah renggangnya hubungan dengan Amerika Serikat.
Baca Juga:
Dukung Rezim Zionis, Inilah Negara-negara Superpower di Balik Iron Dome
Laporan ini pertama kali disampaikan oleh Army Recognition Group, lembaga analisis militer berbasis di Belgia.
Disebutkan bahwa Panglima Angkatan Udara Mesir, Letnan Jenderal Mahmoud Abdel Gawad, menunjukkan minat terhadap jet tempur J-35 dalam sejumlah pertemuan.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari otoritas Mesir maupun China, ketertarikan itu menjadi sorotan karena J-35 dirancang untuk bersaing langsung dengan F-35 buatan Amerika Serikat, yang selama ini menguasai pasar jet tempur generasi kelima secara global.
Baca Juga:
Media China Kritik Formasi Kluivert Jelang Laga Indonesia vs China
Indikasi semakin eratnya hubungan militer Mesir dan China terlihat dalam peringatan 45 tahun kerja sama pertahanan kedua negara awal bulan ini.
Dalam acara tersebut, model jet tempur J-35 dipamerkan terbuka, yang oleh pengamat dinilai sebagai pesan simbolis namun strategis.
Jenderal (Purn) Sayed Ghoneim, Ketua Institute for Global Security and Defense Affairs (IGSDA) yang berbasis di Abu Dhabi, menyatakan bahwa langkah Mesir ini bisa menjadi bentuk tekanan kepada Amerika Serikat.
"Langkah ini bisa menjadi upaya untuk menekan AS agar lebih fleksibel terhadap permintaan Mesir akan jet tempur canggih, terutama setelah Washington mengabaikan kekhawatiran keamanan Mesir dalam konflik terbaru Israel di Gaza, dan tetap bersikukuh agar senjatanya tidak digunakan oleh negara manapun terhadap sekutu-sekutu AS," ujar Ghoneim.
Saat ini, Mesir sedang menghadapi tantangan dalam memodernisasi armada F-16 yang mulai menua. Selain kendala pendanaan, ada juga syarat ketat dari negara-negara Barat terkait transfer teknologi dan penggunaan senjata.
Situasi serupa pernah dialami Pakistan, yang akhirnya beralih ke China sebagai mitra utama dalam modernisasi militernya
Dalam konflik dengan India, Pakistan menggunakan jet tempur J-10C buatan China, yang juga ikut serta dalam latihan gabungan antara Angkatan Udara China dan Mesir baru-baru ini.
Jika pembelian J-35 benar-benar terealisasi, ini bisa menandai pergeseran besar dalam kebijakan pertahanan Mesir.
"Langkah tersebut dapat mengurangi ketergantungan militer Mesir terhadap persenjataan AS—pergeseran yang bisa berdampak ke pasar senjata negara lain, karena Mesir kerap menjadi tolok ukur dalam menilai kualitas sistem persenjataan global," jelas Ghoneim.
Ia menambahkan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi diversifikasi alutsista Mesir dalam beberapa tahun terakhir.
Negeri itu diketahui telah membeli jet tempur Rafale dari Prancis, menjalin kerja sama dengan Korea Selatan dan Jerman, serta memperluas sumber akuisisi senjata dari berbagai negara.
Namun, sejumlah analis mempertanyakan kesediaan China untuk mengekspor teknologi militer sensitif seperti J-35 kepada negara yang memiliki sejarah panjang bersekutu dengan NATO.
"Jet ini memang dirancang untuk pasar ekspor. Namun, jika dikirim ke militer yang selama ini sejalan dengan AS, itu akan menjadi pergeseran strategis besar," tulis Army Recognition Group.
"Bagi Beijing, ini bisa jadi pintu masuk ke wilayah yang selama ini dikuasai Barat, meskipun ada risiko politik dan teknologi yang tidak kecil," sambungnya.
Sementara itu, media pemerintah Mesir melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan berkunjung ke Mesir dalam waktu dekat.
Perdana Menteri Mesir menyebut kunjungan tersebut sebagai "titik balik" dalam penguatan kerja sama bilateral di tengah situasi global yang tidak menentu.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]