WahanaNews.co, Gaza - Intensitas serangan oleh militer Israel di selatan Jalur Gaza meningkat lagi pada Sabtu (2/12/2023).
Aksi militer ini jadi ancaman terhadap proses perundingan untuk pembebasan sandera dan penyelarasan kembali gencatan senjata yang tidak berhasil pada hari sebelumnya.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Dalam babak baru dari konflik dengan militan Hamas, angkatan udara Israel melaporkan melakukan "serangan ekstensif" di Khan Younis, sebuah kota di selatan Gaza yang dihuni oleh pengungsi yang melarikan diri beberapa minggu sebelum serangan Israel.
Menurut laporan The Wall Street Journal, angkatan udara Israel menyatakan telah meluncurkan 400 serangan selama satu hari terakhir.
Warga Palestina di wilayah tersebut melaporkan ledakan yang mengguncang bangunan-bangunan sepanjang malam, dan direktur rumah sakit besar di kota tersebut mengatakan ruang gawat darurat dibanjiri oleh korban.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Pertempuran baru meletus sehari setelah upaya perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata mengalami kegagalan.
Kesepakatan gencatan senjata tersebut sebelumnya telah memfasilitasi pembebasan lebih dari 100 sandera yang ditahan oleh Hamas sejak serangan pada 7 Oktober terhadap Israel.
Pada saat yang sama, puluhan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel juga dibebaskan.
Sebelumnya, mediator dari Mesir dan Qatar yang berusaha menengahi antara Israel dan Hamas berupaya memperbarui gencatan senjata setelah terjadi pertempuran kembali.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu-yang menghadapi tekanan dari keluarga sandera yang masih ditahan oleh Hamas untuk melakukan deeskalasi dan melakukan negosiasi untuk pembebasan lebih banyak tawanan-mengatakan bahwa ia memerintahkan perunding Israel dari dinas intelijen Mossad untuk meninggalkan pembicaraan karena menurutnya perundingan telah mencapai kebuntuan.
Sementara itu, para pejabat Arab yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan perundingan berlanjut pada hari Sabtu.
Namun, pasukan Israel kembali melancarkan serangan militer di Jalur Gaza.
Militer Israel menyatakan bahwa angkatan udara, angkatan laut dan darat terlibat dalam serangan militer tersebut.
Disebutkan bahwa jet-jet tempur juga menggempur "lebih dari 50 target dalam serangan ekstensif di wilayah Khan Yunis" di selatan wilayah Gaza.
Sementara itu, otoritas Hamas di Jalur Gaza mengatakan pada hari Sabtu bahwa 240 orang telah tewas akibat serangan Israel di wilayah Palestina tersebut, sejak gencatan senjata berakhir pada hari Jumat (1/12).
Sebanyak 650 orang lainnya terluka dalam "ratusan serangan udara, artileri dan bombardir angkatan laut, di mana-mana di Jalur Gaza", kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Sabtu (2/12/2023).
Hamas menambahkan bahwa pasukan Israel "secara khusus menargetkan Khan Yunis, di mana puluhan rumah dihancurkan oleh mereka dengan para penghuninya di dalam".
Sebelumnya, pesawat-pesawat Israel telah menjatuhkan selebaran di wilayah timur dan utara kota Khan Younis, yang isinya mengimbau warga untuk mengungsi.
Flyers tersebut, seperti yang dilaporkan oleh BBC pada Sabtu (2/12/2023), berisi kode QR yang terhubung dengan peta Jalur Gaza.
Daerah tersebut kemudian dibagi menjadi ratusan blok, masing-masing dengan nomor tertentu.
Pesan dalam bahasa Arab hanya memberi tahu penduduk di empat wilayah yang disebutkan (tetapi tidak diberi nomor) untuk "segera mengungsi dan pergi ke tempat perlindungan di Rafah."
Kalimat tersebut diakhiri dengan kata-kata: "Anda telah diperingatkan."
Baik Israel maupun Hamas saling menyalahkan atas berakhirnya gencatan senjata di Gaza.
Gencatan senjata awalnya direncanakan berlangsung selama empat hari dan telah diperpanjang dua kali.
Hingga Kamis (30/11), sebanyak 110 sandera yang ditahan di Gaza telah dibebaskan sejak gencatan senjata dimulai pada 24 November, sementara Israel telah membebaskan 240 tahanan Palestina.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]