Bendera itu sebelumnya juga sempat berkibar dalam demonstrasi besar di Indonesia dan Nepal, dan kini semakin dipandang sebagai simbol kebebasan serta perlawanan terhadap ketidakadilan, sama seperti maknanya dalam kisah aslinya.
Prancis sendiri tengah menghadapi tekanan besar untuk memangkas defisit anggaran yang hampir dua kali lipat dari batas maksimal Uni Eropa sebesar 3 persen, sementara utang publik telah menumpuk hingga setara 114 persen dari PDB.
Baca Juga:
Tagihan Makan Capai Rp2 Miliar, Restoran Ini Jadi Sorotan
Pemerintah sebelumnya mengusulkan pemotongan belanja sebesar 44 miliar euro, sebuah rencana yang memicu gelombang amarah masyarakat luas.
Di Paris, massa pelajar dan mahasiswa ikut bergabung dalam protes, ratusan pemuda berkumpul di luar stasiun Gare du Nord sembari meneriakkan slogan anti-Macron.
Di kota Nantes, ban dan tong sampah dibakar untuk menutup jalan tol, sementara polisi merespons dengan gas air mata ketika demonstran mencoba menduduki bundaran.
Baca Juga:
Panas Ekstrem di Prancis Tewaskan Dua Orang, Paris Sentuh 40 Derajat Celsius
Di Rennes, sebuah bus dibakar, sementara di Montpellier aparat kembali melepaskan gas air mata ke arah kerumunan yang memasang spanduk bertuliskan "Macron mundur".
Di Paris, pelajar yang memblokade pintu masuk sekolah menengah juga menjadi sasaran gas air mata, sementara petugas pemadam kebakaran harus membersihkan sisa sepeda dan tong sampah yang dibakar di berbagai titik, termasuk di dekat pusat perbelanjaan Châtelet, tempat bentrokan singkat terjadi hingga menyebabkan sebuah gedung ikut terbakar.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.