WahanaNews.co | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan dunia terancam kelaparan imbas serangan Rusia terhadap lumbung pangan di Odesa, Ukraina.
PBB memperingatkan orang di negara-negara miskin di seluruh dunia lebih berisiko kelaparan, karena harga-harga pangan terancam naik.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Beberapa (warga) akan kelaparan, beberapa akan menderita, banyak yang mungkin mati sebagai akibat dari keputusan ini," kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (22/07/23).
Rusia membombardir lumbung yang merupakan rantai pasok utama makanan global itu selama empat hari berturut-turut usai Moskow menarik diri dari perjanjian ekspor gandum. Imbas serangan itu, 100 ton kacang polong dan 20 ton jelai hancur.
Dalam tiga malam, serangan Rusia ke kota pelabuhan Ukraina menghancurkan 60 ribu ton gandum, melukai 27 warga sipil, dan merusak beberapa bangunan di Odesa.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Moskow mengklaim serangan pada lumbung pangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina di jembatan buatan Rusia ke Krimea.
Awal pekan ini, Moskow memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian ekspor gandum Laut Hitam. Moskow menegaskan hanya akan kembali ke perjanjian itu, jika persyaratan terkait produk-produk Rusia terpenuhi.
Ada pun syarat yang diajukan Moskow di antaranya pencabutan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia, sebagai imbalan kerja sama lebih lanjut dalam kebijakan ekspor gandum ini. Kremlin khususnya meminta keringanan dari sanksi Barat atas logistik hingga asuransi pengiriman.
Meski Rusia telah menarik diri dari perjanjian, namun Ukraina menegaskan akan tetap mengekspor gandum meski tanpa Rusia. Namun pasca penarikan diri Moskow, belum ada kapal ekspor yang meninggalkan pelabuhan Laut Hitam.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk terus mengekspor gandum melalui Laut Hitam meskipun Rusia keluar dari perjanjian tersebut.
"Kami tidak takut. Kami telah dihubungi oleh perusahaan-perusahaan pemilik kapal. Mereka mengatakan siap untuk melanjutkan pengiriman," kata Zelensky.[eta]