WahanaNews.co | Pemimpin PBB Antonio Guterres meluapkan kemarahannya lantaran negara-negara kaya di dunia berperilaku "buruk" terhadap negara-negara miskin.
Berbicara pada pertemuan puncak 46 negara kurang berkembang (LDCs/LDCs), Guterres mengatakan negara kaya dan raksasa energi mencekik negara miskin dengan memangkas suku bunga dan melumpuhkan harga bahan bakar.
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
"Raksasa bahan bakar fosil mendapat untung besar sementara jutaan orang di negara Anda kelaparan," kata Guterres.
Guterres mengatakan bahwa sistem keuangan global saat ini dirancang oleh negara-negara kaya, sehingga sebagian besar keuntungan akan jatuh ke tangan mereka.
Negara-negara miskin juga mengalami kesulitan untuk mengembangkan ekonominya, terutama karena kekurangan sumber daya dan terlilit utang.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
“Pembangunan ekonomi sangat sulit ketika negara miskin sumber daya, berhutang dan masih berjuang dengan ketidakadilan,” kata Guterres.
Menurut Guterres, negara-negara kaya tersebut telah mengingkari janjinya untuk memberikan 0,15 hingga 0,2 persen dari pendapatan nasional brutonya kepada negara-negara terbelakang.
Dia juga mengatakan bahwa negara-negara kaya telah mengingkari janji mereka untuk membantu negara-negara miskin memerangi perubahan iklim.
Oleh karena itu, negara-negara raksasa harus mengumpulkan dana setara 500 miliar dolar atau Rp 7,6 triliun setahun untuk keluar dari "lingkaran baris".
"Setidaknya $500 miliar setahun akan membantu memecahkan masalah mereka, membangun industri yang menciptakan lapangan kerja dan mengurangi utang," katanya. Dia kemudian meyakinkan bahwa PBB akan terus mendorong negara-negara kaya untuk memenuhi janji mereka.
Melansir CNN Indonesia, negara-negara kaya sebelumnya telah berjanji untuk membantu negara-negara miskin menghadapi krisis. Ikrar tersebut tertuang dalam proposal yang dikenal sebagai Rencana Aksi Doha.
Rencana tersebut menjanjikan LDC untuk membantu menarik investasi asing. LDC juga tunduk pada suku bunga yang lebih rendah untuk mengurangi dampak utang mereka. [afs/eta]