Jawdat Khoudary, seorang pengusaha Palestina yang turut membantu mengorganisir pengiriman truk bantuan dari Israel untuk inisiatif kemanusiaan tersebut, menyampaikan urgensi situasi ini dengan mengungkapkan, "Keluarga, teman, dan tetangga saya berada dalam kondisi yang sangat parah karena kelaparan."
Pada pagi hari Kamis, pasukan Israel membuka tembakan ke arah kerumunan warga Palestina yang menanti bantuan kemanusiaan di daerah selatan Kota Gaza, tepatnya di wilayah "Bundaran al-Nabulsi". Insiden ini mengakibatkan kematian setidaknya 112 warga Palestina dan melukai 760 lainnya.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
Menurut pihak militer Israel, penyelidikan awal menunjukkan bahwa beberapa warga Palestina mendekati pos pemeriksaan militer yang mengawasi kedatangan truk bantuan, sehingga tentara memberikan tembakan peringatan dan menembaki kaki warga Palestina yang terus mendekati pasukan.
Setelah serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, Israel melakukan serangan mematikan di Jalur Gaza.
Akibat pemboman yang terjadi kemudian, sekitar 30.410 orang tewas dan 71.700 lainnya mengalami luka-luka, disertai dengan kerusakan masif dan kelangkaan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Dampak dari perang Israel ini menyebabkan 85% penduduk Gaza terpaksa mengungsi dalam kondisi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sebanyak 60% infrastruktur di wilayah tersebut mengalami rusak atau hancur.
Israel dihadapkan pada tuduhan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan pemberian bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza.