WahanaNews.co
| Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, mengaku lebih
suka mati dalam serangan udara rudal daripada karena sakit Covid-19.
Seperti
dikutip RT, pernyataan itu dilontarkan Sinwar, Rabu (26/5/2021), ketika
pejabat kesehatan Gaza memperingatkan tentang "bom waktu" dengan pengujian
dan vaksinasi Covid-19 yang hampir dihentikan.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
"Meninggal
sebagai martir dalam serangan Israel yang ditargetkan adalah nasib yang jauh
lebih baik daripada menyerah pada Covid-19," kata pemimpin Hamas, Yahya Sinwar.
Pada
Rabu, Sinwar menyampaikan pidato pertamanya sejak konflik mematikan 11 hari
antara Hamas dan Israel.
Di
Gaza, lebih dari 250 orang, terutama warga Palestina, telah kehilangan nyawa.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
"Hadiah
terbesar yang bisa diberikan Israel kepada saya adalah dengan membunuh saya. Jadi
saya lebih suka mati sebagai martir karena F-16 daripada mati karena virus Corona
atau penyakit lain," katanya.
Rumah
pemimpin milisi itu termasuk di antara target IDF selama konflik, tetapi Sinwar
berhasil tetap tidak terluka, diduga bersembunyi di jaringan terowongan bawah
tanah di bawah Gaza.
Menteri
Pertahanan Israel, Benny Gantz, berjanji pada hari Sabtu bahwa negara itu pada
akhirnya akan berhasil menghilangkan "semua pemimpin Hamas yang
bertanggung jawab untuk menembak dan melancarkan teror terhadap warga
sipil."
Sebagai
tanggapan, Hamas memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan permusuhan jika
Sinwar atau kepala staf kelompok itu, Mohammed Deif, diserang oleh Israel.
Dengan
konflik terhenti, setidaknya untuk sementara, dengan kesepakatan gencatan
senjata minggu lalu yang ditengahi oleh Mesir, penduduk Gaza memang menghadapi
peningkatan risiko Covid-19.
Menurut
laporan UNICEF, setidaknya 72.000 warga Palestina telah terlantar secara
internal oleh serangan Israel, yang merobohkan beberapa bangunan bertingkat. [dhn]