"Ada banyak polutan memasuki ruang kelas. Sama sekali tidak aman bagi anak-anak untuk duduk dan belajar sesuatu," kata Mathew.
Bhalaswa hanyalah salah satu dari beberapa TPA di Delhi. Ini bukti kegagalan kota tersebut untuk mengelola 12.000 ton sampah padat yang dihasilkan oleh 20 juta orangnya setiap hari.
Baca Juga:
Pemkab Penajam Paser Utara Latih Warga Buat Pupuk Kompos Kurangi Sampah TPA
Lingkungan lokal di sekitarnya adalah rumah bagi ribuan orang termiskin dari yang miskin, orang-orang yang telah bermigrasi dari kemiskinan pedesaan yang parah ke kota besar untuk mencari pekerjaan.
Mereka mencari nafkah dengan memilah-milah sampah untuk dijual, mengenakan sedikit atau tanpa pakaian pelindung. Beberapa adalah anak-anak. Masalah kesehatan dan kecelakaan biasa terjadi, dan bayarannya sedikit.
"Anak-anak saya memiliki masalah pernapasan, mertua saya dan suami saya menderita asma," kata Zarina Khatun, seorang juru masak yang tinggal di dekat TPA.
Baca Juga:
Kemenag RI Imbau Pesantren Sulbar Sukseskan Program Makan Gratis Pemerintah Pusat
Para perencana kota mengatakan situasi di Bhalaswa merupakan tantangan kecil di seluruh India, di mana infrastruktur baru tidak dapat mengimbangi urbanisasi yang cepat.
Limbah domestik yang tidak diolah terbakar di tempat pembuangan sampah selama bulan-bulan musim panas, menghasilkan metana berlebih yang selanjutnya mencemari pusat-pusat kota India yang sudah diselimuti kabut asap.
Tahun ini, musim panas tiba lebih awal dengan suhu mencapai 45 Celcius di beberapa daerah. Para ahli menyalahkan perubahan iklim. Sebelumnya, India akan mengalami kenaikan suhu di bulan April setiap 50 tahun sekali, kata Mariam Zachariah dari Grantham Institute di Imperial College London.