Para penyelidik mengatakan bahwa pria itu menderita gangguan otak, tetapi dia dianggap layak memiliki lisensi senapan semi-otomatis yang dia gunakan dalam penembakan itu.
Pada hari serangan terjadi --salah satu yang terburuk dalam sejarah Rusia baru-baru ini-- Presiden Vladimir Putin menyerukan peninjauan kembali undang-undang pengendalian senjata.
Baca Juga:
Tank AS Seharga Rp 162 Miliar Mati Kutu Dimangsa Drone Murah Rusia
Mundur lebih jauh ke belakang, pada November 2019, seorang siswa berusia 19 tahun di Kota Blagoveshchensk melepaskan tembakan ke kampusnya yang menewaskan satu teman sekelasnya dan melukai tiga orang lainnya, sebelum menembak dan membunuh dirinya sendiri.
Kemudian, pada Oktober 2018, remaja pria bersenjata lainnya membunuh 20 orang di perguruan tinggi teknik Kerch di Crimea, semenanjung Rusia yang dianeksasi dari Ukraina tahun 2014.
Dia ditampilkan dalam rekaman kamera mengenakan kaus yang mirip dengan Eric Harris, salah satu pembunuh dalam penembakan Columbine High School tahun 1999 di AS yang menewaskan 13 orang.
Baca Juga:
Untuk Ukraina, AS Terus Berupaya Keras Beri Bantuan Pertahanan Udara
Penembak di Crimea dapat memperoleh lisensi senjata secara legal setelah menjalani pelatihan menembak dan diperiksa oleh psikiater.
Layanan keamanan FSB Rusia mengatakan, sudah mencegah puluhan serangan bersenjata di sekolah-sekolah dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Februari 2020, FSB mengatakan bahwa mereka menahan dua remaja karena dicurigai merencanakan serangan terhadap sekolah di Kota Saratov dengan senjata dan bahan peledak rakitan.