WahanaNews.co | Sejumlah pengusaha tempat makan di Malaysia mengaku kesulitan mendapat pekerja yang sesuai, usai pembekuan pengiriman tenaga kerja migran oleh Indonesia akibat sengketa pelaksanaan MoU.
Seorang operator kantin, Hamzah Basir, 57 tahun, mengatakan mereka lebih mudah berurusan dengan pekerja Indonesia karena memiliki banyak kesamaan dalam hal budaya, selera makanan, dan bahasa.
Baca Juga:
Soal Sosok Inisial T Disebut pengendali Judi Online, Mahfud Enggan Berkomentar
“Sangat disayangkan sampai batas tertentu kita harus menyisihkan tenaga kerja Indonesia, itu sangat disayangkan bagi negara juga dan tidak hanya untuk operator industri makanan,” katanya kepada FMT, Selasa, 19 Juli 2022.
Pemerintah Indonesia membekukan sementara pengiriman tenaga kerja setelah Malaysia tidak melaksanakan MoU tentang penempatan asisten rumah tangga dengan masih menerapkan Sistem Maid Online, di mana WNI bisa datang dengan visa turis dan mendaftar bekerja di sana.
Dalam kesepakatan yang ditanda-tangani April lalu, kedua negara sepakat perekrutan pekerja domestik menggunakan One Channel System, sehingga pemerintah Indonesia bisa mengawasi jika terjadi pelanggaran seperti banyak terjadi selama ini.
Baca Juga:
Kemnaker Siap Pererat Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Arab Saudi
Hamzah mengatakan pemerintah harus memberikan penjelasan rinci tentang masalah ini dan bertindak dengan bernegosiasi agar Indonesia menarik keputusan mereka.
“Jangan terus menjawab bahwa kita masih punya 15 (negara sumber). Bisakah mereka menjamin bahwa tenaga kerja dari negara lain mau datang bekerja di sini? Bukan hanya pedagang yang terkena dampaknya, tapi negara juga,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Hamzah Zainudin sebelumnya mengatakan bahwa Malaysia akan menggunakan 15 negara sumber lain untuk merekrut tenaga kerja asing, menyusul keputusan Indonesia membekukan pengiriman tenaga kerja.