Pada hari Selasa, PBB memperingatkan bahwa "kekerasan
antar-komunitas semakin memperburuk situasi yang sudah mengerikan bagi
orang-orang yang rentan,"
Wilayah Darfur dilanda perang saudara yang meletus pada
tahun 2003 lalu, menyebabkan sekitar 300.000 orang tewas dan 2,5 juta orang
mengungsi, menurut data PBB.
Baca Juga:
TKN Prabowo-Gibran Pamer Sukses Program Makan Gratis Siswa di India dan Sudan
Perang itu terjadi ketika pemberontak etnis minoritas
bangkit melawan pemerintah yang didominasi Arab diktator Omar al-Bashir.
Khartoum membalas dengan melepaskan milisi terkenal yang
didominasi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed, yang direkrut dari suku-suku
nomaden di kawasan itu.
Konflik telah mereda selama bertahun-tahun, dan serangkaian
kesepakatan perdamaian terbaru telah disepakati pada bulan Oktober. Tetapi
setelah konflik bertahun-tahun, wilayah tersebut dibanjiri dengan senjata
otomatis dan bentrokan masih meletus.
Baca Juga:
Sebanyak 4,8 Juta Warga Ngungsi Akibat Bentrokan Militer Sudan dan RSF
Penduduk yang lama mengungsi selama tahun-tahun terburuk
perang, saat mereka kembali orang lain telah menempati tanah mereka.
Sudan berada di tengah-tengah transisi yang sulit menyusul
penggulingan presiden lama Omar al-Bashir pada April 2019, menyusul protes
massa terhadap pemerintahannya.
Pemerintah transisi telah mendorong untuk membangun
perdamaian dengan kelompok pemberontak di zona konflik utama Sudan, termasuk
Darfur. Al-Bashir dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan
genosida selama konflik Darfur. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.