"Itulah mengapa saya tidak fokus pada jajak pendapat atau membiarkan diri saya terganggu oleh panggilan telepon yang berdering. Konsekuensi dari satu kesalahan akan sangat dramatis," cetusnya.
Pernyataan ini tak selaras dengan pernyataan Scholz sebelumnya tentang topik itu, yang menitikberatkan pada fakta bahwa stok militer Jerman sendiri akan habis dengan mengirimkan persenjataan berat untuk perang darat, sementara persenjataan yang menurut industri Jerman dapat dipasok sulit digunakan oleh militer Ukraina karena mereka terbiasa memakai senjata buatan Rusia.
Baca Juga:
Lithuania Bikin Rusia Emosi, Perang Dunia Kian Dekat
Ditanya mengapa dia tidak menjelaskan keengganan pemerintahnya mengirim senjata berat terkait dengan ancaman perang nuklir, dia mengatakan "simplifikasi-simplifikasi" seperti itu tidak membantu.
Secara terpisah, Scholz mempertahankan keputusannya untuk tidak segera mengakhiri impor gas Rusia dari Jerman sebagai tanggapan atas apa yang disebut Rusia sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
"Saya sama sekali tidak melihat bagaimana embargo gas akan mengakhiri perang. Jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin terbuka terhadap argumen ekonomi, dia tidak akan pernah memulai perang gila ini," katanya.
Baca Juga:
PBB Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
"Kedua, Anda bertindak seolah-olah (keputusan tak mengakhiri impor gas Rusia) ini tentang uang. Tapi keputusan ini tentang menghindari krisis ekonomi yang dramatis dan hilangnya jutaan pekerjaan dan pabrik yang tidak akan pernah lagi beroperasi," lanjutnya.
Scholz mengatakan, keputusan ini akan memiliki konsekuensi yang cukup besar, tidak hanya untuk Jerman tapi juga untuk Eropa, dan pembiayaan masa depan rekonstruksi Ukraina. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.