WahanaNews.co, Gaza - Jumlah korban perang antara milisi Hamas Palestina dan Israel hingga hari Jumat (20/10/2023) kemarin telah mencapai 5.618 orang.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, terdapat 4.137 orang yang tewas di Jalur Gaza dan 13.162 orang lainnya mengalami luka-luka. Dari jumlah korban tewas tersebut, 1.661 di antaranya adalah anak-anak.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Di Tepi Barat, 81 warga Palestina juga dilaporkan meninggal dunia akibat perang.
Di pihak Israel, jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.400 orang.
Perang antara Hamas Palestina dan Israel telah berlangsung sejak 7 Oktober dan berdampak signifikan pada warga Palestina di Jalur Gaza. Mereka mengalami berbagai krisis, termasuk krisis air, listrik, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar akibat blokade total yang diberlakukan oleh Israel.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Israel juga telah menolak membuka perbatasan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun ada upaya dari beberapa pihak untuk mengizinkan pengiriman tersebut melalui perbatasan Rafah dengan Mesir.
Saat ini, pekerja sedang memperbaiki jalan yang rusak akibat gempuran dan berusaha bernegosiasi dengan Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sementara itu, serangan Israel ke wilayah Gaza untuk menumpas kelompok Hamas saat ini dilaporkan meluas. Terbaru, negara tetangga Selatan Arab Saudi, Yaman, disebut-sebut telah terseret dalam pusaran pertempuran itu.
Mengutip Reuters, kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) USS Carney, mencegat tiga rudal jelajah dan beberapa drone yang diluncurkan oleh gerakan Houthi, yang saat ini berkuasa di Yaman, Kamis.
Houthi diketahui merupakan proksi Iran, yang menjadi rival nomor satu Israel di kawasan Timur Tengah.
"Kami tidak dapat mengatakan dengan pasti apa yang menjadi sasaran rudal dan drone ini, namun mereka diluncurkan dari Yaman menuju utara sepanjang Laut Merah, berpotensi menuju sasaran di Israel," beber juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder.
Washington telah meningkatkan kewaspadaannya terhadap aktivitas kelompok yang mendapatkan dukungan dari Iran selama meningkatnya ketegangan regional selama konflik antara Israel dan Hamas.
Seorang pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya mengindikasikan bahwa kapal perang tersebut tampaknya bukan menjadi sasaran dari aktivitas tersebut.
Iran sendiri telah merespons dengan tegas terhadap Israel setelah serangan beruntun yang dilakukan oleh Israel di Gaza yang mengakibatkan kematian warga sipil.
Salah satu kelompok yang didukung oleh Iran dan beroperasi di sekitar Israel, yaitu Hizbullah di Lebanon, bahkan turut meluncurkan rudal ke wilayah Israel.
Konflik antara Israel dan Hamas dimulai pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas meluncurkan serangan serentak melalui berbagai cara, termasuk serangan darat, laut, dan udara serta melakukan infiltrasi ke wilayah Israel.
Serangan ini menimbulkan korban jiwa dan penculikan ratusan orang. Hamas menyatakan serangan tersebut sebagai balasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan tindakan kekerasan oleh pemukim Israel.
Sebagai respons terhadap serangan-serangan tersebut, Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai oleh Hamas. Akibatnya, wilayah tersebut terus menjadi target serangan udara selama beberapa hari.
Pada Selasa malam, rumah sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza dibom, menewaskan ratusan orang dan memicu protes di Timur Tengah dan sekitarnya. Rumah sakit tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung bagi mereka yang mencari perlindungan dari serangan udara Israel.
Serangan itu pun telah menambah jumlah korban jiwa hingga menembus 3 ribu di Gaza. Kondisi tersebutdiperparah dengan kelangkaan makanan, air dan listrik setelah Israel memutus pasokan.
Israel membantah keras roketnya mengenai rumah sakit tersebut. Pemerintah AS mengatakan mereka mendapat informasi dari Pentagon bahwa serangan mematikan tersebut bukan tanggung jawab Israel.
Namun Palestina menegaskan Israel melakukan itu. Ada fakta jelas di media sosial, ketika militer Israel mengumumkan serangan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]