Ucapan Umerov ini muncul tatkala Ukraina harus menarik pasukannya dan merelakan kota Avdiivka di wilayah Timur jatuh ke tangan Rusia. Kekalahan ini terjadi ketika stok amunisi menipis yang diperburuk oleh terblokirnya bantuan senjata dari Amerika Serikat (AS) karena perdebatan di Parlemen negara itu.
Dalam forum yang sama, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan ia "sangat yakin bahwa AS tidak akan meninggalkan Ukraina dalam hal dukungan finansial, militer dan bersenjata".
Baca Juga:
PM Polandia Ngamuk ke Zelensky: Jangan Hina Kami!
Sementara itu, terkait langkah selanjutnya, Presiden Zelensky kemudian menjelaskan bahwa Kyiv memiliki rencana yang jelas untuk serangan balasan baru terhadap pasukan Rusia. Ia mengatakan pergantian kepala militer Ukraina awal bulan ini terkait dengan rencana aksi baru di medan perang.
"Rencana ini terkait dengan pergantian kepengurusan; ada perubahan yang sesuai. Beberapa rencana akan disiapkan karena adanya kebocoran informasi," tambah Zelensky.
Tahun lalu, pasukan Kyiv melancarkan serangan balasan, namun upaya ini tidak berhasil menembus pertahanan yang telah disiapkan oleh Rusia di wilayah Selatan dan Timur Ukraina.
Baca Juga:
Makin Runyam! Polandia-Ukraina Cekcok Gara-gara Pidato Zelensky
Perang besar antara Rusia dan Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Presiden Rusia, Vladimir Putin, memberikan alasan bahwa serangan tersebut dipicu oleh niat Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer Barat yang dipimpin oleh AS, yaitu NATO, yang merupakan rival Moskow.
Selain itu, Putin memiliki niatan untuk merebut wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikuasai oleh Ukraina, dengan tujuan membebaskan masyarakat etnis Rusia yang menurutnya mengalami penindasan dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda perdamaian. Zelensky sebelumnya menegaskan bahwa perundingan tidak akan dimulai kembali selama pasukan Rusia masih berada di wilayahnya.