Ketua AmCham Jeffrey Lehman menekankan bahwa anggotanya tidak hanya terdampak tarif impor AS terhadap China, tetapi juga bea masuk balasan dari Beijing.
Menurut Peterson Institute for International Economics, tarif AS terhadap barang asal China mencapai hampir 58 persen, sementara bea masuk China berada di kisaran 33 persen.
Baca Juga:
Rem Sosial dan Kearifan Lokal: Strategi Jambi Menjaga Iklim Investasi di Tengah Ancaman Aksi Anarkis
Akibat kondisi tersebut, 65 persen responden mengaku merasakan dampak signifikan, khususnya di sektor manufaktur.
Persaingan di pasar domestik China juga makin ketat dengan hanya 28 persen perusahaan yang melaporkan margin operasi di China lebih baik dibandingkan bisnis global mereka pada 2024, sementara 33 persen menyebut kinerja di China justru lebih buruk.
Laporan AmCham mengungkap perusahaan China lebih maju dalam enam dari delapan kategori persaingan, terutama dalam kecepatan masuk pasar dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga:
Sri Mulyani Optimis Sinergi Pemerintah-DPR Wujudkan APBN 2026 yang Kredibel dan Berkelanjutan
Sebanyak 41 persen responden menilai perusahaan China lebih unggul dalam adopsi AI, bahkan di sektor ritel dan konsumsi angkanya melonjak menjadi 62 persen.
“Kami melihat AI sebagai area lain untuk bersaing di China, tetapi kami harus menemukan cara. Di satu sisi kami harus patuh pada aturan ekspor AS, namun di sisi lain peluang di sini tetap ada,” kata Zheng.
Meski tertekan perang dagang, survei juga menunjukkan adanya perbaikan iklim usaha di China.