WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Kolombia Gustavo Petro membuat gebrakan besar di Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/09/2025), dengan pidato yang dianggap paling berani dan keras dalam menyikapi isu perdamaian dunia.
Pidato Petro bahkan memicu delegasi Amerika Serikat (AS) walk out dari ruang sidang karena serangannya yang langsung menuding Presiden AS Donald Trump sebagai kaki tangan genosida di Gaza melalui sekutunya Israel yang juga didukung NATO.
Baca Juga:
Dari AFP Hingga Times of Israel, Media Asing Soroti Solusi Perdamaian Prabowo di PBB
Dalam pernyataannya, Petro menuding Trump dan sejumlah pejabat lain sebagai pelaku kriminal yang terlibat dalam serangan berdarah terhadap kapal-kapal di Karibia, dan mendesak agar mereka segera dipidana.
Pidato Petro yang lantang menyerukan pembebasan Palestina dengan intervensi bersenjata pun memiliki kesamaan visi dengan seruan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam pidato sebelumnya di PBB.
Petro menegaskan seruan itu sebagai langkah nyata demi menghentikan genosida Israel di Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Baca Juga:
Keputusan Bersejarah: Inggris Akui Kedaulatan Palestina di Tengah Krisis Gaza
"Trump tidak hanya membiarkan rudal jatuh menimpa anak-anak muda di Karibia. Ia juga tidak hanya memenjarakan dan merantai para imigran. Namun dengan membiarkan rudal diluncurkan ke anak-anak, remaja, perempuan dan orang tua di Gaza. Ia menjadi kaki tangan Genosida, karena itu memang genosida dan harus diteriakkan berkali-kali," kata Petro dalam channel YouTubenya @GustavoPetroOficial.
"Ruangan dan majelis ini adalah saksi bisu dan kaki tangan genosida di dunia saat ini," lanjut Petro dalam pidatonya.
Menurut Petro, negara-negara yang tidak lagi memiliki kekuatan sejati hanya berkumpul tanpa daya di sidang PBB sehingga sistem harus segera diubah.
"Seberapa pun mereka bersikap, mereka telah diabaikan. Kita harus berubah sekarang. Pertama-tama kita harus menghentikan genosida Gaza. Umat manusia tidak boleh membiarkan genosida terjadi lagi, atau genosida Netanyahu atau sekutunya di Amerika Serikat dan Eropa, membiarkan mereka bebas," ujar Petro.
Petro mengungkapkan bahwa langkah ini kian rumit karena sekutu Israel, termasuk Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, justru mempersenjatai agresi Israel, sekaligus memegang hak veto di Dewan Keamanan PBB.
"Diplomasi telah mengakhiri perannya, Tuan-tuan, dalam kasus Gaza. Ia tidak mampu menyelesaikannya. Genosida harus dihentikan dengan apa yang mengikuti diplomasi, dengan suara Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan bukan dengan suara (veto) Dewan Keamanan, melainkan dengan Persatuan untuk Perdamaian Palestina, yang membentuk kekuatan bersenjata untuk membela kehidupan rakyat Palestina," papar Petro.
Ia menegaskan bahwa intervensi bersenjata internasional menjadi jalan untuk mengakhiri genosida Israel di Gaza.
"Kita membutuhkan pasukan yang kuat dari negara-negara yang tidak menerima genosida," ujar Petro.
"Itulah sebabnya saya mengundang negara-negara di dunia dan rakyatnya, lebih dari segalanya, sebagai bagian integral dari kemanusiaan, untuk menyatukan senjata dan pasukan," tegasnya.
"Kita harus membebaskan Palestina," imbuh Petro.
Ia bahkan mengajak pasukan Asia, bangsa Slavia yang pernah mengalahkan Hitler, dan pasukan Amerika Latin yang diwarisi semangat Simón Bolívar, untuk bersama-sama bergerak.
"Kita sudah cukup bicara; saatnya untuk pedang kebebasan atau kematian Bolívar," ucap Petro penuh retorika.
Menurutnya, serangan Israel dan sekutunya bukan hanya menargetkan Gaza, tetapi juga menghantam nilai-nilai kemanusiaan global.
"Karena mereka tidak hanya akan mengebom Gaza, seperti yang telah mereka lakukan di Karibia, tetapi juga kemanusiaan, yang menyerukan kebebasan. Karena dari Washington dan NATO mereka membunuh demokrasi dan melahirkan kembali tirani dan totalitarianisme di tingkat global," ungkapnya.
Sementara itu Presiden Prabowo Subianto juga menyuarakan seruan serupa dengan menyatakan kesiapan Indonesia mengirimkan 20.000 tentara untuk menjaga perdamaian di Gaza.
"Jika dan kapan Dewan Keamanan dan Majelis Umum ini memutuskan, Indonesia siap mengirimkan 20.000 atau lebih putra-putri terbaik kami untuk menjaga perdamaian di Gaza. Di Ukraina, di Sudan, Libya, di mana pun perdamaian dijaga," kata Prabowo.
Ia menegaskan, Indonesia akan selalu hadir di manapun perdamaian harus dijaga.
"Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan sepatu bot di tanah," tegasnya.
Selain itu, Prabowo juga memastikan Indonesia siap memberikan kontribusi finansial demi mendukung misi perdamaian internasional.
Di sisi lain, Petro melancarkan tudingan keras bahwa Trump tidak berbicara soal demokrasi maupun krisis iklim, melainkan justru memberi ruang bagi kekerasan.
"Trump tidak berbicara tentang demokrasi, ia tidak berbicara tentang krisis iklim, ia tidak berbicara tentang kehidupan, ia hanya mengancam dan membunuh serta membiarkan puluhan ribu orang terbunuh," ucap Petro.
Ia menekankan bahwa genosida merupakan kejahatan internasional yang harus dilawan tanpa kompromi, sembari mengingatkan bahwa tidak ada ras atau bangsa yang lebih unggul dari yang lain.
"Tidak ada ras yang unggul, Tuan-tuan. Tidak ada umat pilihan Tuhan. Bukan Amerika Serikat atau Israel. Fundamentalis sayap kanan yang bodoh berpikir demikian. Umat pilihan Tuhan adalah seluruh umat manusia," kata Petro.
Ia pun menutup pidatonya dengan menuding Trump harus diselidiki karena memberi perintah penyerangan yang menargetkan kaum muda miskin tak bersenjata di lepas pantai Venezuela, sementara bos-bos kartel narkoba tetap hidup nyaman di AS.
"Proses pidana harus dimulai terhadap para pejabat yang berasal dari AS, termasuk pejabat senior yang memberi perintah, Presiden Trump," pungkas Petro.
Gustavo Petro sendiri dikenal sebagai tokoh kiri pertama yang berhasil menjabat Presiden Kolombia setelah menang dalam pemilihan umum 2022.
Ia sebelumnya aktif dalam kelompok gerilya Marxis M-19 dan sempat dipenjara pada 1985, sebelum kemudian terjun ke politik formal sebagai anggota DPR Kolombia pada 1991 dan menjadi senator pada 2018.
Petro akhirnya berhasil memenangkan kursi Presiden setelah mengalahkan Hernandez dengan perolehan suara lebih dari 50 persen.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]