WahanaNews.co, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membeberkan hal yang bisa membuat Tel Aviv menghentikan serangan di Jalur Gaza, Palestina.
Kepada ABC News, Netanyahu mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza hanya bisa disetop jika Tel Aviv berhasil memulihkan seluruh kontrol keamanan di daerah kantong tersebut.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
"Israel untuk jangka waktu yang tidak terbatas akan memiliki tanggung jawab keamanan secara keseluruhan," kata Netanyahu, seperti dikutip AFP, Selasa (7/11).
"Ketika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan itu, apa yang kita miliki adalah letusan teror Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan," lanjut Netanyahu.
Netanyahu mengatakan hal tersebut setelah Gedung Putih menyatakan sang pemimpin Israel telah membahas potensi jeda kemanusiaan dalam panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin (6/11).
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Namun, tidak ada kesepakatan apa pun yang diumumkan usai perbincangan itu. Keduanya pun tidak membicarakan kemungkinan gencatan senjata. Padahal, mayoritas negara di seluruh dunia serta komunitas internasional mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan.
Agresi Israel di Jalur Gaza saat ini sudah memasuki satu bulan sejak pecah 7 Oktober lalu. Lebih dari 10 ribu orang tewas, dengan 4.104 di antaranya merupakan anak-anak.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres sampai mengatakan Gaza sekarang telah menjadi "kuburan bagi anak-anak."
Meski korban sipil telah berjatuhan sedemikian rupa, Netanyahu tetap bersikeras tak mau gencatan senjata karena menilai waktu yang tersedia akan digunakan oleh Hamas untuk mengumpulkan kembali kekuatan.
Dia pun memberi syarat jika ingin gencatan senjata, para warga Israel yang disandera mesti dibebaskan seluruhnya.
"Tidak akan ada gencatan senjata umum di Gaza tanpa pembebasan warga kami yang disandera," kata Netanyahu.
Sebanyak 240 warga Israel sendiri disandera Hamas sejak kelompok bersenjata ini meluncurkan serangan di sejumlah kota Israel awal bulan lalu. Para sandera termasuk warga sipil lanjut usia hingga anak-anak.
"Dari segi taktis, jeda sementara selama satu jam di sini, satu jam di sana, kita sudah pernah mengalami sebelumnya. Saya kira kita akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk maupun para warga kami yang disandera keluar," ucap Netanyahu.
[Redaktur: Sandy]