"Tahanan Mohammed al-Arda menolak tuduhan yang dia hadapi dan tetap diam meskipun ada semua siksaan dan upaya untuk menekannya. Dia menjawab penyelidik pendudukan yang tidak melakukan kejahatan," kata Mahajneh.
"Saya berkeliling wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948 (yang sekarang dianggap Israel) dan mencari kebebasan saya dan untuk melihat ibu saya," kata al-Arda kepada penyelidik.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Napi lain yang juga sempat melarikan adalah Zakaria al-Zubaidi, napi dengan profil tinggi. Ia telah bertemu dengan pengacaranya, Avigdor Feldman, pada Rabu sore.
CDA mengungkapkan bahwa saat ditangkap kembali, mantan komandan Brigade Syuhada al-Aqsa itu diduga diserang, menyebabkan dua tulang rusuk dan rahangnya patah.
"Dia dibawa ke rumah sakit Israel karena luka-lukanya tetapi hanya dirawat dengan obat penghilang rasa sakit," kata Feldman yang dikutip CDA.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
"Zakaria al-Zubaidi tidak ikut dalam penggalian. Dia pindah ke kamar enam tahanan itu sehari sebelum mereka pergi melalui terowongan yang memakan waktu hampir satu tahun untuk menggali," terang Feldman.
Feldman mengatakan kliennya telah memberi tahu dia bahwa dia dan Al-Arda, yang ditemukan bersama, tidak berusaha mencari bantuan dari orang lain agar tidak membuat mereka bermasalah dengan pihak berwenang Israel. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.