Di berbagai penjuru Amerika Latin dan Eropa, para pemimpin dan rakyat menyampaikan belasungkawa. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menyebutnya sebagai "teladan bagi Amerika Latin dan seluruh dunia".
Sementara Evo Morales, mantan presiden Bolivia, memuji "kebijaksanaan dan pengalaman hidupnya yang luar biasa". PM Spanyol, Pedro Sánchez, mengenangnya sebagai sosok yang "hidup demi dunia yang lebih baik".
Baca Juga:
Prabowo: Saya Tak Suka Menjelekkan Presiden Terdahulu, Semua Punya Jasa
Dari Gerilya ke Istana Presiden
Mujica memiliki latar belakang yang jauh dari dunia politik konvensional. Pada 1960-an, ia ikut mendirikan Tupamaros, kelompok gerilya sayap kiri yang awalnya bergerak dengan aksi Robin Hood: merampok orang kaya dan membantu kaum miskin. Namun, gerakan ini kemudian terlibat dalam penculikan, pengeboman, hingga pembunuhan.
Ia beberapa kali tertembak dan pernah ikut dalam pelarian massal dari penjara.
Namun, pada 1972, ia kembali ditangkap dan menghabiskan 13 tahun di balik jeruji, sebagian besar dalam isolasi selama era kediktatoran militer Uruguay 1973–1985.
Baca Juga:
Uruguay Pelajari Kebijakan Pertanahan Indonesia
Ia mengalami penyiksaan berat, namun bertahan tanpa kehilangan kompas moralnya.
Setelah dibebaskan, Mujica bertransformasi menjadi politisi. Pada 1989, ia mendirikan Gerakan Partisipasi Rakyat (MPP) yang kemudian menjadi bagian dari koalisi Broad Front.
Ia menjabat sebagai anggota parlemen, kemudian menteri pertanian, sebelum akhirnya memenangkan kursi presiden.