WahanaNews.co | Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan negaranya tidak akan mau berunding dengan Rusia setelah referendum digelar di wilayah-wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Moskow.
Para pejabat pro-Rusia mengklaim telah memenangkan referendum untuk bergabung dengan Federasi Rusia.
Baca Juga:
Negara-negara Barat Disebut Akan Kirim 321 Tank ke Ukraina
Seperti dilansir AFP, Rabu (28/9/2022), penegasan itu disampaikan Zelensky saat berpidato lewat pesan video kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Selasa (27/9) waktu setempat.
"Pengakuan Rusia terhadap referendum palsu sebagai 'normal', penerapan dari apa yang disebut skenario Crimea, dan upaya lainnya untuk mencaplok wilayah Ukraina berarti tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Presiden Rusia saat ini," tegas Zelensky.
"Di depan mata seluruh dunia, Rusia melakukan sandiwara serentak yang disebut 'referendum' di wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki," sebutnya.
Baca Juga:
Putin Sebut Barat Ingin Pecah Belah Rusia
"Orang-orang dipaksa untuk mengisi sejumlah kertas untuk foto televisi di bawah todongan senapan mesin," ungkap Zelensky.
"Angka-angka yang merupakan dugaan hasil referendum palsu sudah diputuskan sejak awal," imbuhnya.
Zelensky juga membahas soal ancaman senjata nuklir yang dilontarkan Rusia beberapa hari terakhir.
"Ancaman penggunaan senjata nuklir telah menjadi narasi yang konstan dari para pejabat dan propagandis Rusia," tuduhnya.
Belum ada tanggapan resmi dari Rusia maupun Kremlin atas pernyataan terbaru Zelensky itu.
Referendum pro-Rusia telah digelar di empat wilayah Ukraina yang diduduki Moskow sejak Jumat (23/9) lalu hingga Selasa (27/9) waktu setempat.
Keempat wilayah itu adalah Luhansk, Kherson, sebagian wilayah Zaporizhzhia dan Donetsk.
Para pejabat pro-Rusia di empat wilayah itu mengklaim mereka telah memenangkan referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Badan jajak pendapat lokal di wilayah Zaporizhzhia selatan mengatakan 93,11 persen pemilih memilih aneksasi Rusia setelah semua surat suara dihitung. Namun dikatakan bahwa ini adalah hasil awal.
Di Kherson, juga di selatan, otoritas setempat yang pro-Rusia mengatakan 87,05 persen pemilih telah memilih aneksasi Rusia setelah penghitungan suara selesai.
Di wilayah Luhansk timur yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia, menurut kantor berita Rusia yang mengutip otoritas setempat, sebanyak 98,42 persen memilih aneksasi oleh Rusia.
Di wilayah Donetsk, badan pemungutan suara mengatakan 99,23 persen pemilih telah memilih aneksasi Rusia setelah semua surat suara dihitung.
"Kami semua menginginkan ini untuk waktu yang sangat lama," tegas pemimpin separatis pro-Rusia di Donetsk, Denis Pushilin, seperti dilansir kantor berita pemerintah Rusia RIA Novosti.
"Kami bersatu kembali dengan tanah air kami yang hebat, dengan Rusia yang hebat," imbuhnya. [qnt]