WahanaNews.co, Jakarta - Inilah kisah Eliezer Fishman, seorang pengusaha terkemuka di Israel yang mengelola berbagai bidang usaha, mulai dari media hingga properti.
Berkat keberhasilan bisnisnya yang melibatkan sejumlah sektor, Forbes Israel pada tahun 2013 mencatat kekayaannya mencapai US$ 765 juta atau sekitar Rp12 Triliun pada saat itu.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Pada tahun 2007, Forbes juga pernah menempatkannya sebagai salah satu dari 40 orang terkaya di Israel.
Sayangnya, kekayaan yang luar biasa tersebut ternyata diperoleh melalui praktik-praktik yang tidak etis dan berujung pada kebangkrutan dirinya.
Sejarah keberhasilan Eliezer Fishman dimulai pada masa Revolusi Ekonomi tahun 1980-an di Israel, meskipun tidak banyak yang diketahui tentang bagaimana dia membangun kerajaan bisnisnya.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Menurut Uri Ram dalam bukunya "The Globalization of Israel" (2008), satu-satunya informasi yang diketahui adalah ketika dia masuk dalam daftar 10 orang terkaya di Israel pada tahun 1997, yang pada saat itu mengelola bisnis properti dalam skala besar.
Hal ini memberikan Fishman gaya hidup mewah dengan kepemilikan mobil, rumah, dan villa bergengsi, serta seringnya bepergian ke luar negeri.
Namun, menurut Shelly Gottfried dalam bukunya "Contemporary Oligarchies in Developed Democracies" (2019), kesuksesan Fishman sebagai pengusaha tidak lepas dari kemampuannya dalam membangun hubungan dengan pembuat kebijakan, termasuk mantan Perdana Menteri Israel, Shimon Peres.
Melalui koneksi ini, dia mendapatkan keuntungan dari kebijakan pemerintah, yang kemudian memungkinkannya memiliki sejumlah properti, jaringan organisasi riset, bisnis telekomunikasi, stasiun pengisian bahan bakar, dan media, termasuk harian bisnis Globes dan surat kabar Yedioth Ahronoth.
Dengan besarnya bisnis dan jaringan politik tak heran kalau Times of Israel menyebut Fishman sebagai "pengendali ekonomi dan politik negara."
Meski begitu, relasi ini kemudian membuat Fishman kena getahnya. Pada 2015, masyarakat Israel dihebohkan oleh skandal kredit.
Skandal ini berupa pemberian kredit secara mudah dan cepat dari pemerintah ke beberapa pengusaha, termasuk salah satunya Fishman.
Mengutip Times of Israel, Fishman dan pengusaha lain menggunakan kredit ini untuk keperluan pribadinya, antara lain membeli perusahaan yang diprivatisasi pemerintah dan keperluan gaya hidup.
Tentu ini membuat masyarakat geram. Kredit yang harusnya untuk masyarakat, malah digunakan oleh segelintir pengusaha untuk keuntungannya pribadi.
Parahnya lagi ini berlangsung secara senyap alias sudah berjalan selama bertahun-tahun.
Soal Fishman, media Israel itu menyebut penggunaan kredit dari pemerintah kepada pengusaha properti tersebut telah berlangsung sejak lama. Rupanya gaya hidup mewah Fishman diperoleh dari utang-utangnya ke bank pemerintah.
"Bukannya memiliki aset miliaran dollar, dia malah berutang lebih dari US$ 1,13 miliar atau Rp14 T kepada bank-bank besar Israel yang dananya dipakai untuk mempertahankan gaya hidup mewah," tulis Times of Israel.
Menurut investigasi Times of Israel lancarnya aliran kredit dari bank-bank besar milik pemerintah tersebut karena Fishman punya jaringan media besar. Jadi, sebagai timbal balik Fishman bakal memberitakan bank-bank itu dengan citra positif.
Melansir CNBC Indonesia, perbuatan ini membuat Fishman harus duduk di kursi pesakitan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Sekaligus diperiksa atas ketidaksanggupan membayar seluruh utangnya.
Sebagaimana dilaporkan Haaretz dikutip (13/11/2023), Pengadilan Tel Aviv pun lantas memutuskan Fishman bangkrut. Akibatnya seluruh harta yang dimilikinya lenyap begitu saja karena disita pemerintah.
Dia pun langsung jatuh miskin dan dinobatkan sebagai kasus kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah Israel.
Kejadian ini lantas menjadi pukulan telak bagi Fishman.
Sebelumnya, pada tahun 2006 dia juga pernah terlibat skandal spekulasi mata uang. Forbes mencatat dia melakukan perdagangan mata uang Lira Turki yang membuatnya kehilangan banyak aset.
Berkat kasus yang terjadi pada kurun 2015-2017 itu, Fishman kini tak bisa lagi berbuat apa-apa. Harta dan kehormatannya sudah hilang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]