"Tidak ada yang menjual apa pun kepada kami secara gratis dan kami tidak akan melakukan pekerjaan amal. Itu berarti kontrak yang ada dihentikan, jika pembayaran tidak dilakukan," tambahnya.
Menurut dekrit tersebut, semua pembayaran akan ditangani oleh Gazprombank Rusia, anak perusahaan raksasa energi negara Gazprom.
Baca Juga:
Jokowi Pikir-pikir Beli Minyak Rusia, Lebih Banyak Untung atau Ruginya?
Pembeli akan mentransfer pembayaran ke rekening Gazprombank dalam mata uang asing, yang kemudian akan diubah oleh bank menjadi rubel dan ditransfer ke rekening rubel pembeli.
Saat ini, harga gas di Eropa sudah mahal dengan pasokan yang juga tidak melimpah ruah.
Dipastikan kebijakan baru Putin itu akan memperparah krisis energi di benua biru.
Baca Juga:
Hujani Putin Sanksi, Barat Tetap Gagal Bikin Keok Rusia
Menurut laporan NPR pekan lalu, persyaratan baru pembelian gas Rusia tampaknya bertujuan untuk menopang rubel yang lesu akibat sanksi AS dan negara barat.
Buktinya, sesaat setelah Putin mengumumkan kebijakan tersebut pada Rabu (23/3/2022), nilai rubel langsung naik terhadap dolar AS dan euro.
Apalagi, harga gas alam memang tengah melonjak di Eropa, dimana Rusia menjadi pemasok besar, yakni sekitar 45 persen dari impor gas alam Eropa.