Zelensky malah menuduh para politisi dan media Barat meningkatkan ketegangan. Dia mengatakan politisi dan media Barat melukis situasi di Ukraina seolah-olah sudah berperang dengan Rusia.
“Meskipun saya tidak berharap dia berperilaku seperti itu, (Zelensky) sudah mulai menangis 'Tidak, tidak, tidak akan ada perang, tidak ada perang,' dan seterusnya. Sekarang mereka mencoba mendorongnya kembali ke kandangnya untuk membuatnya mengatakan bahwa akan ada perang, bahwa kita akan menyerang dan seterusnya,” ujar Lukashenko, mencap presiden Ukraina sebagai pria “tanpa kepala”.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Dia berpendapat presiden Ukraina tampaknya tidak membenci “seluruh masa lalu Soviet.”
Ditanya tentang masa depan Ukraina, Lukashenko mengatakan negara itu mungkin pada akhirnya tidak hanya menjadi sekutu, tetapi juga anggota Negara Kesatuan, yang saat ini terdiri dari Rusia dan Belarus.
Dibentuk pada tahun 1999, Negara Kesatuan Rusia-Belarusia awalnya meramalkan pembentukan kabinet, parlemen dan pengadilan, serta lembaga-lembaga bersama lain, yang secara efektif mengubah dua negara menjadi satu.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Tak satu pun dari rencana ini yang terwujud sejauh ini, tetapi kedua negara menikmati kemitraan ekonomi dan politik yang mendalam, dengan rencana integrasi lebih lanjut diumumkan Moskow dan Minsk tahun lalu.
“Negara-negara lain juga dapat bergabung dengan organisasi tersebut,” papar Lukashenko.
“Anda tahu, Belarusia sudah ada di sana, saya pikir ada pelajaran bagus untuk Kazakhstan,” ujar dia, mengacu pada gejolak kekerasan yang dialami negara Asia Tengah itu pada awal Januari, yang mendorong pemerintah Kazakhstan meminta misi penjaga perdamaian singkat dengan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia.