Para ilmuwan yang tak menyetujui penamaan Monkeypox, berpendapat bahwa cacar monyet kemudian menjadi identik dengan penyakit 'Afrika', dengan mengacu pada kelompok yang berbeda atau clade dari virus berdasarkan wilayah benua tempat mereka pertama kali ditemukan.
Namun, tahun ini atau mungkin lebih awal, penyakit cacar monyet telah menyebar jauh ke luar Afrika, membuat penamaan menjadi kurang tepat. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan WHO ganti nama Monkeypox menjadi Mpox.
Baca Juga:
WHO Peringatkan Krisis Kelaparan di Gaza Masih Mengancam Meski Tak Masuk Kategori Fase Kelaparan
Perubahan nama menjadi mpox menurut WHO juga akan lebih mudah diadopsi secara luas dalam berbagai bahasa.
Perubahan nama ini juga akan dimasukkan dalam International Classification of DIsease (ICD), sebuah buku kode yang dikelola oleh WHO yang digunakan di seluruh dunia untuk tujuan diagnostik.
Setelah resmi mengubah nama, WHO juga akan merekomendasikan periode transisi satu tahun di mana nama cacar monyet (monkeypox) dan mpox dapat digunakan secara bergantian.
Baca Juga:
Pemerintah Tegaskan Pasien Gawat Darurat Wajib Dilayani Tanpa Rujukan di Seluruh Indonesia
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kebingungan tentang penyakit di tengah wabah global yang sedang berlangsung.
Lebih lanjut, ada perbedaan antara nama penyakit menular dan kuman penyebabnya. Misalnya saja Covid-19 (penyakit) dan SARS-CoV-2 (virus corona).
Dalam hal ini WHO bertanggung jawab untuk penamaan penyakit. Sedangkan penamaan virus ditangani oleh International Committe on Taxonomy of Viruses (ICTV).