Amerika Serikat sejak dulu diketahui sudah ketergantungan dengan pasokan uranium dari Rusia, Kazakhstan dan Uzbekistan.
Bahkan sebanyak 10,3 juta kg atau hampir setengah dari kebutuhan uranium AS untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berasal dari Rusia.
Baca Juga:
Negara-negara Ini Mulai Merasakan Dampak dari Sanksi yang Diterima Rusia
Mengutip Reuters, harga uranium dari Rusia yang tergolong rendah membuat Amerika bisa menjaga harga kebutuhan listrik untuk warganya dengan harga yang lebih murah.
Hal inilah yang membuat AS menjadi sulit lepas dari produk uranium Rusia.
Namun setelah Rusia menjatuhkan balasan sanksi untuk AS, kini, negara pemerintahan Joe Biden terancam mengalami kekurangan pasokan uranium hingga membuat adanya lonjakan harga listrik.
Baca Juga:
AS Kendurkan Sanksi, Venezuela Segera Ekspor Minyak Besar-besaran
Mengantisipasi adanya kenaikan biaya listrik yang dikhawatirkan akan membebankan masyarakat Amerika.
Pekan lalu Institut Energi Nasional, kelompok perdagangan perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir AS yang berisikan Duke Energy Corp dan Exelon Corp, diketahui telah mengajukan negoisasi dengan Gedung Putih untuk mencegah pengiriman uranium Rusia dari rencana sanksi.
Meski nantinya Rusia tetap enggan untuk mengimpor komoditi uraniumnya, pemerintah Amerika rencananya akan mulai beralih menggunakan produk uranium buatan Australia dan Kanada.