Sebelumnya, rudal balistik Rusia menghantam kota pelabuhan Odesa pada Selasa (11/3/2025) tengah malam, menewaskan sedikitnya empat orang dan merusak kapal kargo berbendera Barbados.
Saat serangan terjadi, kapal tersebut sedang memuat gandum untuk dikirim ke Aljazair.
Baca Juga:
PBB Memanas, Trump Ultimatum Rusia dan Ukraina Hentikan Perang dalam Waktu Dekat
Para korban yang tewas dilaporkan merupakan warga Suriah berusia antara 18 hingga 24 tahun, sementara dua orang lainnya—seorang warga Ukraina dan seorang warga Suriah—mengalami luka-luka.
Wakil Perdana Menteri Ukraina untuk Rekonstruksi, Oleksiy Kuleba, menuding Rusia sengaja menyerang infrastruktur vital, termasuk pelabuhan yang berperan dalam menjaga stabilitas pangan global.
Pengamat militer, Andrei Klimov, menilai serangan udara yang semakin intens ini menunjukkan bahwa kedua pihak kini memasuki fase baru dalam perang.
Baca Juga:
Ekonomi Israel Boncos, Perang Lawan Iran Tembus Rp324 Triliun dan Masih Terus Membengkak
"Konflik ini telah berubah menjadi perang drone berskala penuh. Ukraina semakin berani menyerang jantung Rusia, sementara Moskow merespons dengan serangan yang lebih agresif ke infrastruktur penting Ukraina," ujarnya.
Sementara itu, analis pertahanan dari Kyiv, Mykola Hreben, menilai pertempuran ini belum mencapai puncaknya.
"Kita bisa melihat eskalasi lebih lanjut, terutama jika tidak ada kesepakatan gencatan senjata dalam waktu dekat," katanya.