WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik kembali mencuat setelah muncul laporan tentang dugaan permintaan Rusia untuk menempatkan pesawat tempurnya di wilayah timur Indonesia.
Isu ini menggugah perhatian global, mengingat posisi strategis Papua dalam lalu lintas maritim internasional dan kedekatannya dengan kawasan Pasifik Selatan.
Baca Juga:
Rusia Pertahankan Proyeksi PDB 2025, Turunkan Sedikit Ekspektasi Tahun 2026
Walau sudah dibantah secara resmi oleh pemerintah Indonesia, sorotan terhadap isu ini tak kunjung mereda.
Beberapa waktu belakangan, sejumlah laporan menyebutkan dugaan bahwa Rusia tengah berupaya menempatkan armada jet tempurnya di Biak, Papua.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan penolakan terhadap klaim tersebut, namun spekulasi terus bergulir karena besarnya dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap peta kekuatan militer di Asia-Pasifik.
Baca Juga:
Rusia Luncurkan Roket TBS-3M Upgrade, Ancaman Baru di Medan Perang Ukraina
Pada pertengahan April 2025, media pertahanan internasional mengabarkan bahwa Rusia telah secara resmi mengajukan permohonan kepada pemerintah Indonesia untuk menempatkan pesawat tempur mereka di Pangkalan Udara Manuhua, Biak.
Namun, pemerintah Indonesia merespons laporan tersebut dengan bantahan tegas.
Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, menyampaikan bahwa informasi tersebut “tidak benar” dan menegaskan bahwa Indonesia berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, serta tidak mengizinkan keberadaan pangkalan militer asing di wilayahnya.
"Kami menolak segala bentuk pangkalan asing, termasuk dari Rusia," tegas Sjafrie dalam konferensi persnya.
Ambisi Strategis Rusia di Asia-Pasifik
Meski permintaan resmi tersebut ditolak, sejumlah pengamat menilai bahwa langkah Rusia bukanlah tanpa tujuan.
Permintaan ini dianggap bagian dari rencana jangka panjang Moskow untuk memperluas pengaruh militernya di kawasan Asia-Pasifik yang selama ini didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Beberapa analis militer menyoroti tiga tujuan utama Rusia di kawasan ini:
• Menyeimbangkan Dominasi Militer Amerika Serikat
Dengan mencoba menanamkan kekuatan militer di lokasi strategis seperti Biak, Rusia dinilai berupaya menciptakan penyeimbang terhadap kehadiran militer AS, terutama di kawasan yang dekat dengan Australia dan jalur pelayaran global yang penting.
• Memperkuat Hubungan Bilateral dengan Asia Tenggara
Rusia dalam beberapa tahun terakhir semakin gencar menjalin hubungan militer dan ekonomi dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Myanmar. Kehadiran militer di Biak dipandang sebagai cara untuk memperdalam keterlibatan Rusia di kawasan ini.
• Mengamankan Jalur Perdagangan dan Sumber Daya Alam
Papua, khususnya Biak, berada di persimpangan jalur pelayaran internasional dan kaya akan sumber daya alam.
Dengan mengincar kehadiran militer di kawasan ini, Rusia mungkin hendak mengamankan aksesnya terhadap sumber daya strategis dan memperkuat kontrol atas arus logistik maritim.
Respons Negara-Negara Barat
Kabar ini langsung memicu reaksi dari negara-negara sekutu Barat, terutama Australia.
Perdana Menteri Anthony Albanese menyampaikan kekhawatirannya atas kemungkinan peningkatan kehadiran militer Rusia di kawasan yang selama ini dijaga stabilitasnya melalui kemitraan regional.
“Kami sangat memperhatikan isu ini dan menekankan pentingnya transparansi serta stabilitas di Asia-Pasifik,” ujar Albanese dalam pernyataannya.
Sementara itu, Dr. Rebecca Thornton, pengamat militer dari Lowy Institute Australia, menilai bahwa langkah Rusia merupakan bagian dari “diplomasi intimidasi”. Ia mengatakan, “Rusia memahami bahwa wilayah seperti Biak sangat strategis, dan permintaan ini adalah sinyal untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya kepentingan di Pasifik.”
Senada dengan itu, Lt. Gen. (Ret.) William H. Gardner dari lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC menyatakan, “Bahkan jika ditolak, proposal itu tetap penting. Ini menunjukkan niat Rusia untuk memperluas jejak globalnya dan membangun pijakan di kawasan yang sebelumnya dianggap terlalu jauh dari jangkauan mereka.”
Kawasan yang Kian Rawan Persaingan Kekuatan Besar
Meskipun Indonesia telah secara jelas menolak keberadaan pangkalan militer asing, isu ini menunjukkan bahwa Asia-Pasifik kini menjadi titik tarik-menarik kepentingan antara kekuatan global.
Ketegangan semacam ini juga memberi tekanan bagi negara-negara di kawasan untuk bersikap tegas dan memperkuat solidaritas regional.
Indonesia dan negara-negara Asia-Pasifik lainnya didorong untuk mempertahankan prinsip politik luar negeri yang mandiri dan aktif, agar tak terseret ke dalam konflik geopolitik yang kian mengeras.
Dengan dinamika yang semakin kompleks ini, kawasan Asia-Pasifik dituntut untuk terus memperkuat arsitektur keamanannya sendiri tanpa bergantung pada kekuatan eksternal yang berpotensi memicu konflik terbuka.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]