WahanaNews.co | Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin mengecam skema perdamaian yang diminta negara-negara Barat untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Galuzin menyebut perang harus berakhir dengan "kemenangan Kiev sepenuhnya dan tanpa syarat."
Galuzin mengaku menolak gagasan tersebut. Di lain sisi, ia menggarisbawahi bahwa perang di Ukraina kini telah terlalu berlarut-larut.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Dalam situasi saat ini, prediksi apa pun tentang kapan krisis Ukraina akan berakhir mungkin tidak bisa dipercaya. Kebuntuan militer sudah berlarut-larut," kata Galuzin dikutip TASS, Senin (26/12/2022).
Perang Rusia-Ukraina sendiri telah berlangsung selama 10 bulan sejak Moskow meluncurkan invasi pada 24 Februari silam. Terkini, usai dipukul mundur di Kharkiv dan Kherson, Rusia membalas dengan serangan jarak jauh yang melumpuhkan infrastruktur energi Ukraina.
Galuzin mengaku keberatan jika pihaknya mesti menyerahkan Donetsk, Luhansk, Kherson, Zaporizhzhia, dan Krimea ke Ukraina. Kecuali Krimea, empat daerah provinsial itu belum lama ini dianeksasi oleh Vladimir Putin.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Lebih lagi, elite Barat meminta kami membayar reparasi dan mengerjakan rekonstruksi Ukraina. Mereka meracau tentang pengadilan untuk mengadili pemimpin negara kami," kata Galuzin.
Menurut Galuzin, skema perdamaian yang diharapkan Barat itu tidak bisa menjadi basis berlanjutnya negosiasi Rusia-Ukraina yang telah ditangguhkan.
"Dengan kata lain, menurut logika Kiev dan Barat, kami mesti meninggalkan daerah yang 'dibebaskan', memulihkan apa yang hancur, membayar kerugian, dan pergi ke penjara. Hanya setelah itulah Ukraina dapat berbaik hati kembali ke meja perundingan," kata Galuzin.
"Zelenskyy sendiri akan mengejek ide absurd ini jika dia bukan presiden dan tetap menjadi komedian. Prakondisi seperti itu tidak bisa menjadi basis negosiasi yang konstruktif," pungkasnya. [eta]