WahanaNews.co, Jakarta - Rusia menyerukan 'gencatan senjata kemanusiaan' di Jalur Gaza dan Israel saat perang terus berkecamuk antara Hamas dan Israel.
Moskow menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas konflik yang sedang berlangsung.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), rancangan resolusi yang diajukan Rusia kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan dilihat oleh AFP, menyerukan gencatan senjata 'segera' dan pembebasan semua sandera.
Baca Juga:
AS Bakal kirim Beberapa Kapal Perang dan Pesawat Tempur di Dekat Wilayah Israel
Rancangan resolusi itu juga 'mengutuk keras semua kekerasan dan permusuhan yang ditargetkan terhadap warga sipil dan semua tindakan terorisme'.
Dokumen rancangan resolusi yang diajukan Moskow itu tidak secara spesifik menyebut nama Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza yang pada Sabtu (7/10) lalu menyerbu kota-kota di Israel bagian selatan dalam serangan yang menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Hamas yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa dan AS, juga dilaporkan menculik sekitar 150 warga Israel, warga negara asing dan warga berkewarganegaraan ganda lalu membawa mereka ke Jalur Gaza.
Baca Juga:
PM Israel Tolak Adili Tentara Pembunuh Wartawan Al Jazeera
Israel merespons dengan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza yang padat penduduk, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 2.200 orang sejauh ini. Sebagian besar korban jiwa di Jalur Gaza merupakan warga sipil, yang mencakup lebih dari 700 anak.
"Kami meyakini bahwa Dewan Keamanan harus bertindak untuk mengakhiri pertumpahan darah dan memulai kembali perundingan damai dengan tujuan untuk mendirikan negara Palestina seperti yang seharusnya dilakukan sejak lama," cetus Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dalam rapat tertutup Dewan Keamanan PBB pada Jumat (13/10) waktu setempat.
Nebenzia menyebut ada tanggapan positif terhadap rancangan resolusi yang diajukan Rusia di antara beberapa negara anggota Dewan Keamanan PBB.
Dalam forum Dewan Keamanan PBB ini, Nebenzia kembali menyalahkan AS yang disebutnya 'bertanggung jawab atas perang yang terjadi di Timur Tengah'.
Dia juga mengkritik Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang disebut 'menutup sebelah mata terhadap serangan Angkatan Udara Israel terhadap infrastruktur sipil di Jalur Gaza'.
Qatar Juga Upayakan Gencatan Senjata untuk Setop Pertumpahan Darah
Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang juga menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar, menyatakan Doha sedang bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk mewujudkan gencatan senjata demi 'menghentikan pertumpahan darah dan menghindari gelombang kekerasan di kawasan'.
Hal ini disampaikan Al Thani dalam konferensi pers bersama dengan Menlu AS Antony Blinken yang berkunjung ke Doha.
"Prioritas Qatar dalam pendekatan diplomatik adalah melihat adanya gencatan senjata, melindungi warga sipil, melepaskan sandera dan bekerja keras agar tidak menyebarkan kekerasan di kawasan tersebut," ujar Al Thani seperti dilansir Al Jazeera.
Dia menambahkan bahwa Qatar ingin menjadi pemain kunci dalam mediasi yang harus mencakup 'solusi adil bagi perjuangan Palestina'.
[Redaktur: Sandy]