WahanaNews.co, Jakarta - Serangan bom bunuh diri menargetkan sebuah pangkalan militer di Mali utara pada Jumat (8/9/23). Saksi menyebut serangan itu melibatkan dua bom mobil disertai tembakan.
Bom bunuh diri ini terjadi hanya berselang sehari setelah serangan mematikan di sebuah kamp tentara, dan serangan di kapal penumpang oleh jihadis yang menewaskan 64 orang.
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
Dilansir AFP, militer mengatakan bahwa bagian bandara di sebuah pangkalan militer di Gao telah diserang dalam "serangan yang kompleks".
Pernyataan itu tak merinci kronologi lebih lanjut, dan hanya mengatakan bahwa "respons dan penilaian sedang dilakukan".
Sehari sebelumnya, dua serangan terpisah menargetkan sebuah kapal feri di Sungai Niger serta posisi tentara di Bamba, juga di daerah Gao.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Kapal yang diserang melintasi rute antar kota di sepanjang Niger, yang merupakan rute transportasi penting bagi kawasan tersebut.
Kedua serangan itu menyebabkan tewasnya 49 warga sipil dan 19 tentara. Tidak disebut secara spesifik berapa banyak korban tewas dalam tiap serangan, namun kejadian itu "diklaim" dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Peningkatan ketegangan memang sedang terjadi selama beberapa pekan terakhir di Mali. Situasi ini diduga dipicu oleh penarikan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dari Mali.
Mali berada di tengah situasi tidak aman sejak tahun 2012, ketika pemberontakan yang dipimpin etnis Tuareg pecah di bagian utara negara itu.
Pemberontakan ini dikobarkan oleh para jihadis, yang tiga tahun kemudian melancarkan kampanye mereka sendiri ke Mali tengah, Niger dan Burkina Faso.
Pemberontakan itu sebenarnya sudah berakhir secara resmi dengan perjanjian perdamaian yang ditandatangani antara pemberontak wilayah itu dengan pemerintah Mali di tahun 2015.
Namun perjanjian itu "rapuh" usai pemerintah sipil digulingkan pada tahun 2020 dan digantikan oleh junta militer.
[Redaktur: Sandy]