WahanaNews.co | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengabarkan kondisi suram untuk situasi kemanusiaan di Sudan.
Menurut PBB, hampir seperempat penduduk negara itu sedang menuju kondisi kelaparan di tengah kekurangan dana yang mengerikan.
Baca Juga:
WHO Sebut Sebagian Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Air Got dan Pakan Ternak
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, 11,7 juta orang menghadapi kelaparan akut antara Juni dan September, meningkat hampir 2 juta, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seperti dilaporkan AP, beberapa waktu lalu.
"Krisis pangan yang semakin dalam di Sudan terutama disebabkan oleh ekonomi yang rapuh di daerah itu, musim kemarau yang berkepanjangan, berkurangnya area yang ditanami dan curah hujan yang tidak menentu," kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Penilaian gelap itu muncul saat negara Afrika Timur itu terjerumus ke dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Oktober.
Baca Juga:
Menlu Bangladesh Minta PBB Ikut Selesaikan Masalah Pengungsi Rohingya
Ini mengubah transisi singkat negara itu ke demokrasi setelah hampir tiga dekade penindasan dan isolasi internasional di bawah pemimpin otokrat Omar Al-Bashir.
Pemberontakan rakyat memaksa militer menggulingkan Al-Bashir dan pemerintah sekutu Islamnya pada April 2019.
Pengambilalihan oleh militer juga menggagalkan upaya yang didukung internasional untuk merombak ekonomi yang babak belur dan menghentikan miliaran bantuan dari Barat dan lembaga keuangan global.
"Sebagian besar dari mereka yang menderita kelaparan akut berada di ibu kota, Khartoum, wilayah Darfur dan provinsi Kassala dan Nil Putih, yang paling parah dilanda konflik dan penurunan ekonomi," sebut pernyataan OCHA.
Dilaporkan pula, sekitar 4 juta anak di bawah usia 5 tahun dan wanita hamil dan menyusui diperkirakan mengalami kekurangan gizi akut dan membutuhkan nutrisi penyelamat hidup kemanusiaan.
Angka tersebut termasuk 618.950 anak balita dengan gizi buruk akut, di antaranya sekitar 93.000 menderita komplikasi medis dan membutuhkan perawatan khusus.
Program Pangan Dunia mengatakan, mereka terpaksa memotong jatah untuk pengungsi di seluruh Sudan karena kekurangan dana yang parah.
Mulai Juli, lebih dari 550.000 pengungsi hanya akan menerima setengah dari keranjang makanan standar, baik dalam bentuk makanan atau bantuan tunai, kata badan tersebut.
Badan itu juga memperingatkan bahwa pemotongan tersebut dapat memperburuk risiko perlindungan karena pengungsi dapat menggunakan mekanisme penanggulangan negatif, termasuk putus sekolah, pekerja anak, pernikahan dini dan kekerasan seksual dan berbasis gender.
PBB mengatakan tanggapan kemanusiaannya untuk Sudan pada 2022 menerima USD414,1 juta, dari total kebutuhan USD1,94 miliar. [Tio]