WahanaNews.co, Gaza - Terkait nasib kerabat mereka setelah tentara Israel (IDF) mengintensifkan serangan di wilayah Palestina, keluarga para sandera dari pihak Israel yang diduga ditahan oleh pihak Hamas di Gaza menuntut penjelasan pemerintah Israel.
Kelompok yang mewakili sekitar 229 orang yang diyakini disandera dalam serangan Hamas sejak 7 Oktober lalu itu pun telah meminta pertemuan segera dengan para menteri-menteri Israel.
Baca Juga:
Komnas HAM Kutuk Israel Atas Serangan di Lebanon yang Melukai 2 Prajurit TNI
Mereka mengatakan para kerabat sandera marah atas ketidakpastian mengenai nasib para sandera yang ditahan di Gaza.
"Tidak ada anggota kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga korban untuk menjelaskan satu hal - apakah operasi darat membahayakan keselamatan 229 sandera di Gaza," kata salah satu perwakilan kelompok ini dikutip dari AFP, melansir CNN Indonesia, Sabtu (28/10/2023).
"Keluarga khawatir dengan nasib orang yang mereka cintai dan menunggu penjelasan. Setiap menit terasa seperti selamanya," tambahnya.
Baca Juga:
Imbas Serangan Israel ke Markas PBB UNIFIL Lebanon, 2 Personel TNI Terluka
Perang ini memburuk sejak Hamas menyerang Israel dan menawan sejumlah sandera pada Sabtu (7/10). Israel menyerang balik membabi buta tak pandang sipil atau militer Hamas.
Lebih dari 8.700 orang tewas akibat konflik tersebut, dengan rincian 7.326 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
Israel pun melancarkan serangan intens ke wilayah Gaza lewat jalur udara dan darat. Situasi ini pun membuat Gaza yang dihuni oleh sekitar 2,3 juta warga Palestina menjadi terkepung total.
Dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Jumat (27/10), sebagian besar anggota sepakat mengadopsi resolusi yang mengupayakan gencatan senjata di Gaza.
Resolusi yang dirancang oleh negara-negara Arab kini menuntut akses pengiriman bantuan ke Gaza serta perlindungan bagi warga sipil.
Keputusan itu diambil dengan mengantongi 120 suara dukungan dari anggota. Sementara itu, 45 suara abstain dan 14 suara menolak, termasuk Israel dan Amerika Serikat yang mengkritik resolusi itu tak menyinggung serangan Hamas pada 7 Oktober.
[Redaktur: Alpredo Gultom]